Oleh Muhammad said Didu
Seandainya saya Presiden, mungkin langkah pertama yang saya ambil adalah sebuah gestur sederhana namun tegas: memanggil Kapolri. Tidak dengan marah, tidak dengan ancaman. Saya hanya akan menyodorkan dua pilihan: mundur dengan terhormat, atau saya sendiri yang akan memberhentikan. Karena negara tidak bisa ditanggung oleh seorang pemimpin kepolisian yang kehilangan kepercayaan rakyat.
Seandainya saya Presiden, saya akan membuka pintu yang mungkin dianggap tabu: permohonan pemakzulan Wakil Presiden. Bukan karena kebencian pribadi, melainkan karena kesetiaan pada konstitusi. Kita tidak boleh berpura-pura tidak melihat cacat yang nyata di hadapan hukum, hanya demi menjaga sebuah kursi.
Seandainya saya Presiden, kabinet akan saya resuffle. Karena kekuasaan bukan rumah sewa yang bisa ditempati siapa saja asal dekat dengan tuan tanahnya. Setiap menteri harus menjawab satu pertanyaan sederhana: apakah Anda hadir di sini untuk rakyat, atau untuk kelompok Anda sendiri?
Seandainya saya Presiden, korupsi harus dihentikan—bukan sekadar ditangkap di pinggiran, tetapi dibongkar di pusatnya. Dari Geng Solo sampai oligarki yang bercokol di sekeliling kekuasaan. Mereka yang terbiasa menyentuh uang negara dengan tangan yang kotor harus berhenti merasa aman.
Seandainya saya Presiden, hukum akan ditegakkan tanpa wajah ganda. Tidak ada lagi perbedaan antara yang kaya dan miskin, antara yang memiliki partai dan yang tidak punya. Karena hukum, sejatinya, adalah bahasa keadilan, bukan alat untuk menundukkan.
Seandainya saya Presiden, sebagian anggaran besar yang menumpuk di kepolisian, di Kementerian Pertahanan, dan dalam proyek-proyek megah yang hanya memperindah wajah kekuasaan, akan saya geser. Ia harus berubah menjadi subsidi, menjadi harga beras yang lebih ringan, menjadi biaya sekolah yang tidak menyesakkan.
Seandainya saya Presiden, saya akan hentikan kenaikan pajak. Negara tidak boleh menjadi pemalak rakyatnya. Keuangan publik akan saya arahkan pada pengurangan utang, pada penurunan bunga yang mencekik. Ekonomi harus dibebaskan dari rantai beban yang diwariskan oleh keserakahan.
Seandainya saya Presiden, proyek padat karya akan saya hidupkan kembali. Karena pekerjaan bukan hanya soal pendapatan, melainkan juga soal martabat. Orang yang bekerja merasa dirinya berguna, merasa dirinya manusia.
Dan akhirnya, seandainya saya Presiden, saya akan bubarkan semua relawan, semua tim sukses yang hanya hidup dari gairah kampanye. Kekuasaan tidak boleh terus-menerus bergantung pada sorak-sorai partisan. Yang dibutuhkan bukan loyalitas sempit, melainkan kewarasan kolektif.
Seandainya saya Presiden—dan barangkali saya tak akan pernah—saya ingin negeri ini berdiri di atas kesederhanaan: sebuah negara yang tidak dikuasai oleh geng, tidak dibajak oleh oligarki, dan tidak dijalankan oleh kemewahan simbol. Hanya ada rakyat, hukum, dan keadilan. Itu saja.






















