Oleh: Damai Hari Lubis
PKS berpotensi menghadapi reaksi keras dari basis pemilihnya akibat keputusan politik yang dinilai “mengkhianati” Anies Baswedan menjelang Pilkada DKI Jakarta. Padahal, Anies telah bekerja keras dan berhasil membawa perubahan signifikan selama memimpin Jakarta. Keberhasilannya ini tidak hanya meningkatkan simpati publik terhadap dirinya tetapi juga memberikan efek positif pada perolehan suara PKS, yang terbukti dari lonjakan jumlah kursi legislatif partai tersebut di DPRD DKI Jakarta. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak pemilih Anies, khususnya dalam Pilpres 2024, turut mendukung caleg-caleg dari PKS.
Namun, keputusan PKS yang dianggap meninggalkan Anies pada momen penting ini berpotensi menciptakan gelombang kekecewaan di kalangan konstituen setia partai. Langkah tersebut dapat dipersepsikan sebagai bentuk pengabaian terhadap harapan dan kepercayaan pemilih yang selama ini mendukung PKS.
Dukungan Anies ke Pasangan Pramono-Rano
Di sisi lain, dukungan Anies yang ternyata diarahkan kepada pasangan Pramono Anung dan Rano Karno dalam Pilkada DKI Jakarta turut memperkuat dinamika politik yang ada. Jika Anies benar-benar mendukung pasangan ini, maka simpati pemilih Anies yang sebelumnya menjadi basis suara PKS kemungkinan besar akan beralih ke pasangan tersebut. Hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi PKS, mengingat basis suara yang bergeser ini memiliki peran strategis dalam menentukan peta politik DKI Jakarta.
Blunder Kampanye Ridwan Kamil (RK)
Di tengah situasi ini, kampanye Ridwan Kamil pada putaran akhir menimbulkan kontroversi yang justru merugikan dirinya. Pernyataan RK yang dianggap merendahkan martabat emak-emak, khususnya janda, berkesan melukai kelompok pemilih yang selama ini menjadi bagian penting dari dukungan masyarakat. Blunder ini tidak hanya menggerus citra RK, tetapi juga membuka peluang bagi pasangan lain untuk mendapatkan simpati dari kelompok yang merasa tersinggung.
Prediksi Kemenangan Pramono-Rano
Dengan mempertimbangkan loyalitas pemilih akar rumput PDIP yang terkenal solid, ditambah dengan suara simpatisan Anies yang beralih mendukung Pramono-Rano, pasangan ini diprediksi memiliki peluang besar untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Basis suara PDIP yang kuat, ditambah dengan simpati dari pendukung Anies, dapat menciptakan aliansi politik yang solid, melemahkan kandidat lainnya, termasuk yang didukung oleh PKS.
Catatan Akhir
- PKS perlu segera mengevaluasi langkah-langkah politiknya, khususnya terkait hubungan dengan Anies, untuk menghindari terjadinya kerugian politik yang lebih besar.
- Keputusan strategis yang tidak sejalan dengan aspirasi pemilih berpotensi menyebabkan hilangnya kepercayaan, bahkan dari basis pendukung setianya.
- Kandidat seperti Ridwan Kamil juga harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan narasi kampanye, karena isu-isu sensitif dapat dengan cepat mengubah persepsi publik.
Dinamika ini menegaskan kompleksitas politik Pilkada DKI Jakarta kali ini. PKS harus menghadapi risiko “hukuman politik” dari konstituennya jika tidak mampu menyelaraskan langkahnya dengan aspirasi pemilih, sementara pasangan Pramono-Rano memiliki potensi besar untuk mengukir kemenangan melalui strategi yang memanfaatkan momentum tersebut.