Dalam perjalanan transisi kekuasaan antara dua presiden, absurditas sering muncul ketika kebijakan dan prioritas yang disusun oleh pemerintahan yang baru bertentangan dengan warisan pemerintahan sebelumnya. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah kabinet yang disusun oleh Presiden Prabowo Subianto harus menghadapi realitas bahwa APBN 2025 telah dirancang dan ditetapkan oleh rezim Jokowi, menciptakan ketidakseimbangan yang potensial dalam pelaksanaan program pemerintahan.
Kabinet sebagai “Pasukan” Presiden
Kabinet yang dibentuk oleh seorang presiden merupakan “pasukan” inti yang bertugas mewujudkan janji-janji yang disampaikan kepada rakyat selama kampanye. Prabowo, yang menghadapi tantangan besar untuk membawa Indonesia keluar dari berbagai permasalahan, mulai dari krisis ekonomi hingga masalah sosial, membutuhkan tim yang kuat dan solid. Namun, menghadapi APBN yang sudah dirancang sebelumnya oleh pemerintahan Jokowi, kabinet Prabowo terancam terjebak dalam situasi yang tidak sepenuhnya mendukung visinya.
Di satu sisi, visi-misi Prabowo mungkin telah dirancang untuk memperbaiki dan mempercepat pembangunan nasional dalam berbagai sektor. Di sisi lain, realitas APBN 2025 yang disusun oleh rezim sebelumnya mungkin tidak sesuai dengan prioritas atau kebutuhan dari program kerja Prabowo. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana Prabowo dan kabinetnya akan mengimplementasikan program-program yang dijanjikan jika sebagian besar sumber daya telah dialokasikan untuk prioritas yang berbeda?
APBN 2025: Warisan yang Problematis
APBN 2025 disusun oleh pemerintahan Jokowi sebagai kerangka kerja fiskal untuk tahun pertama pemerintahan Prabowo. Namun, APBN ini tidak sepenuhnya sejalan dengan agenda yang mungkin diinginkan Prabowo. Salah satu isu krusial yang dihadapi adalah penggunaan 45% dari penerimaan negara untuk pembayaran utang. Ini merupakan tantangan besar bagi Prabowo, karena ruang fiskal yang tersedia untuk pembiayaan program-program baru akan sangat terbatas.
Dengan situasi fiskal yang demikian, kabinet Prabowo harus memutar otak untuk mengalokasikan anggaran yang tersisa secara bijak. Mereka harus menghadapi dilema antara melanjutkan kebijakan fiskal yang telah ditetapkan oleh Jokowi atau merombaknya untuk menyesuaikan dengan program kerja mereka sendiri, yang berpotensi menimbulkan benturan politik dan teknis.
Langkah Strategis yang Harus Diambil
Untuk menghadapi absurditas ini, ada beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan oleh Prabowo dan kabinetnya:
- Menyesuaikan Visi-Misi dengan Anggaran: Prabowo dan timnya harus menyesuaikan program-program unggulan mereka dengan batasan anggaran yang sudah ditetapkan. Ini membutuhkan fleksibilitas dalam pelaksanaan program dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi keuangan yang ada.
Mengelola Utang dengan Bijak: Salah satu tantangan terbesar adalah pengelolaan utang. Kabinet Prabowo harus mampu menegosiasikan ulang utang-utang negara, atau setidaknya merestrukturisasi pembayaran utang agar tidak terlalu membebani APBN.
Mengharmonisasi Program Prioritas: Program-program yang sudah dirancang oleh Jokowi dalam APBN 2025 harus dikaji ulang. Program yang masih relevan dengan visi pemerintahan Prabowo perlu dilanjutkan, sementara program yang tidak sejalan dapat diadaptasi atau dihentikan dengan dasar yang jelas.
Menghadapi Tantangan Legislatif: Rezim Prabowo juga harus siap menghadapi perdebatan politik di parlemen terkait perubahan anggaran. Konsolidasi kekuatan politik dengan DPR akan menjadi krusial untuk memastikan bahwa program-program yang direncanakan dapat didukung dengan anggaran yang memadai.
Kesimpulan
Situasi di mana kabinet Prabowo harus bekerja dengan APBN yang disusun oleh rezim Jokowi menimbulkan absurditas dan ketegangan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan. Namun, dengan perencanaan yang matang, strategi yang adaptif, dan pengelolaan anggaran yang bijak, kabinet Prabowo masih memiliki peluang untuk mengatasi tantangan ini dan membawa Indonesia keluar dari keterpurukan. Kunci keberhasilannya terletak pada kemampuan untuk berkolaborasi secara efektif, baik di internal kabinet maupun dengan lembaga-lembaga terkait, sambil tetap memegang teguh visi-misi yang telah disampaikan kepada rakyat.