Canberra /Jakarta – FusilatNews – Anthony Albanese kembali terpilih sebagai Perdana Menteri Australia dalam pemilu federal yang digelar Jumat (3/5). Kemenangan ini menandai periode kedua bagi pemimpin Partai Buruh itu untuk memimpin Negeri Kanguru, sekaligus memperkuat mandat politiknya dalam menjalankan agenda-agenda progresif di dalam dan luar negeri.
Albanese mengamankan mayoritas suara signifikan di parlemen, dengan Partai Buruh diproyeksikan menguasai lebih dari 85 dari 150 kursi di Dewan Perwakilan. Sebaliknya, oposisi konservatif Koalisi mengalami kekalahan besar, termasuk kehilangan kursi pemimpinnya, Peter Dutton, yang takluk di distrik Dickson dari kandidat Partai Buruh, Ali France.
“Rakyat Australia memilih persatuan, bukan perpecahan. Mereka ingin pemerintah yang bekerja untuk semua, bukan hanya untuk segelintir,” ujar Albanese dalam pidato kemenangannya di Sydney, Sabtu malam.
Kemenangan ini disambut luas sebagai sinyal berlanjutnya arah kebijakan luar negeri Australia yang stabil dan terbuka terhadap kerja sama kawasan. Di antara negara mitra utama yang langsung merespons kemenangan Albanese adalah Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto, yang baru saja memulai masa jabatannya, menghubungi Albanese untuk menyampaikan selamat dan menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin selama 75 tahun.
Dalam pernyataan resminya, Presiden Prabowo menyatakan, “Saya percaya di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Albanese, hubungan Indonesia-Australia akan terus tumbuh dalam semangat saling menghormati dan kerja sama yang konstruktif.”
Prospek Hubungan Bilateral
Dengan terpilihnya kembali Albanese, pengamat hubungan internasional memandang peluang besar untuk memperluas kemitraan strategis Indonesia-Australia, terutama dalam sektor ekonomi, pendidikan, dan keamanan kawasan.
Salah satu pilar utama yang akan diperkuat adalah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). Perjanjian ini telah membuka akses lebih luas bagi pelaku usaha kedua negara, termasuk peluang kerja dan pendidikan vokasional bagi pelajar Indonesia di Australia.
“Dengan stabilitas politik yang diperoleh Albanese, IA-CEPA bisa diakselerasi lebih jauh, terutama dalam transfer teknologi, perdagangan jasa, dan pengembangan SDM,” ujar Dr. Andini Setiawan, analis hubungan Australia-Asia Tenggara dari CSIS Indonesia.
Selain ekonomi, kerja sama pertahanan dan keamanan juga berpotensi ditingkatkan. Mengingat dinamika di kawasan Indo-Pasifik yang kian kompleks, kolaborasi dalam bidang keamanan maritim, latihan militer bersama, serta penanganan kejahatan lintas negara akan menjadi fokus penting kedua negara.
Albanese juga dikabarkan berencana melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia dalam beberapa bulan ke depan, menandai pentingnya Indonesia dalam prioritas diplomasi kawasan Australia.
Harapan Baru, Tantangan Lama
Meski membawa angin segar, tantangan tetap ada. Isu pelanggaran HAM di kawasan, ketegangan geopolitik di Laut China Selatan, serta sensitivitas publik terhadap isu imigrasi dan asrama pendidikan internasional menjadi tantangan yang harus dihadapi secara bijak oleh kedua pemimpin.
Namun secara umum, kemenangan Albanese menegaskan arah keterbukaan dan inklusivitas dalam kebijakan luar negeri Australia yang dapat menjadi mitra penting Indonesia dalam membangun kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.
“Kemenangan ini bukan hanya untuk Australia, tapi untuk masa depan hubungan regional yang lebih adil dan setara,” tutup Andini.