Dualisme dalam tubuh PDIP menjadi sorotan ketika Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengemukakan isu mengenai upaya Presiden Joko Widodo untuk mengambil alih kursi Ketua Umum PDIP yang saat ini dijabat oleh Megawati Soekarnoputri. Hal ini mengundang perhatian terhadap sikap Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, yang juga merupakan putri dari Megawati.
Pada sebuah kesempatan, wartawan mengajukan pertanyaan kepada Puan terkait pernyataan Hasto dan keanggotaan Jokowi di PDIP. Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Puan terlihat menggerakkan matanya ke kanan, mengindikasikan sedang memikirkan jawaban yang tepat. Namun, setelah beberapa saat, Puan hanya menggelengkan kepalanya, menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut.
Pernyataan Hasto yang mencuat dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, mengenai upaya pengambilalihan kursi Ketum PDIP oleh Jokowi, menimbulkan kehebohan. Hasto menyinggung tentang adanya menteri yang ditugaskan untuk membujuk Megawati agar kepemimpinan PDIP diserahkan kepada Jokowi. Namun, Jokowi sendiri menanggapi rumor tersebut dengan heran, mengingatkan bahwa sebelumnya dirinya juga diisukan ingin mengambil alih kursi ketua umum Partai Golkar.
Kisruh internal ini mencerminkan adanya dualisme dalam PDIP, di mana beberapa pihak mungkin memiliki pandangan yang berbeda terkait arah dan kepemimpinan partai. Sikap Puan yang menolak untuk memberikan komentar menambah kompleksitas situasi ini, menimbulkan pertanyaan lebih lanjut mengenai dinamika internal partai.
Peristiwa ini menunjukkan pentingnya kohesi dan kesatuan visi di dalam sebuah partai politik, serta menegaskan bahwa stabilitas dan kejelasan kepemimpinan merupakan faktor krusial dalam menjaga integritas dan keberlangsungan sebuah organisasi politik.