Oleh Prihandoyo Kuswanto-Ketua Pusat Study Kajian Rumah Panca Sila.
Inisiator FTA adalah Chris Komari ,saya mengenal beliau sejak tahun 2010 diskusi di Forum Indonesia Sejahtera (FIS) forum yang di Pandegani oleh Almarhum Prof Hendarmin dan Mas Ade Muhammad, ada juga sahabat saya yang sampai hari ini bersahabat yaitu Ali Syarief, ada Almarhum Hasan Basri . Ada Don Lumento, ada Parikesit ,dan Burhan Rosidi ,Jadi jauh sebelum kawan -kawan saya ikut menjadi penggerak FTA diberbagai daerah .
Saya sudah berdebat dengan Chris Komari yang menentang Demokrasi Pancasila Sejak tahun 2010 perdebatan itu bukan sehari dua hari bulanan bahkan Tahunan saya bagian yang di tawur atau di keroyok oleh mereka yang ingin Indonesia menjadi liberal seperti demokrasi ala Amerika .
Peristiwa Diskusi Kemang yang dobrak abrik oleh Preman buat saya hal yang tidak mengejutkan dibanding dengan cara-cara menyogok elit politik untuk mengganti UUD 1945 dengan rakyat ditipu UUD 2002 masih dikatakan UUD 1945 ,dan raķyat tidak minta persetujuan untuk amandemen UUD 1945 masih kurang ajarkan ini dibanding para preman mengobrak àbrik acara diskusi ,walau para elit politik yang hadir melakukan sumpah serapah tetapi mengapa pada amandemen yang penuh dengan pelanggaran etika dan demokrasi semua diam membisu.
Sebahagian besar kawan saya banyak yang tidak mengerti bahwa FTA adalah mempunyai tujuan dan gerakan memperkokoh demokrasi liberal yang sesungguh nya mereka telah memporak porandakan UUD 1945 dan Pancasila yang didukung oleh USAID.NDI, melalui NGO dalam negeri Indonesia yang telah mendukung diamañdemen nya UUD 1945 tanpa menanyakan pada Rakyat Indonesia bahkan kemufakatan jahat ini didahului dengan menghapus Tap MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum dan UU No 5 tahun 1985 tentang referendum sebelum melakukan amandemen kedua aturan ini di cabut agar rakyat tidak perlu dimintai pertimbangan suara .
Apakah USAID dan NDI yang mensponsori amandemen ini melakukan proses demokrasi ?ya tidak !
Padahal di Amerika sendiri untuk merubah satu ayat butuh jajak pendapat selama dua tahun minta persetujuan pada rakyat .
Tetapi mengapa tidak pada Rakyat Indonesia cukup menggelontor kan uang sogokan pada elite untuk mengganti UUD 1945.
Inilah penghinaan terhadap kedaulatan Rakyat Indonesia telah dilakukan kudeta konstitusi tetapi para guru besar dan kaum intelektual kampus bicara sampai berbusa soal Etika politik ,bagaimana menuntut Etika Politik sementara dalam kudeta konstitusi jauh dari etika politik tiba tiba mereka merasa paling punya etik ….etik gondul mu itu sudah benar sebab mereka sedang mabok demokrasi tanpa nilai .
Memang kita harus hati-hati kawan saya yang dulu berjuang di KAMI dan juga mendirikan petisi 100 untuk menuntut kembali ke UUD 1945 dan Pancasila justru sekarang hanyut didalam FTA ikut hanyut dalam demokrasi Liberal ajaran Chris Komari yang akan menerapkan demokrasi cara cara Amerika.
Demokrasi ala Walondo istilah Prof Sofyan Efendi justru dipuja banyak Guru Besar dan Aktivis kampus melupakan semua nilai-nilai karakter kebangsaan nilai-nilai Pancasila .
Bahkan Pusat Studi Pancasila UGM dalam kongres Pancasila baru baru ini aneh Pancasila yang sudah final sebagai ideologi pilihan bangsa untuk mendirikan Indonesia merdeka masih dipertanyaan dan di bongkar ala demokrasi liberal oleh Rocky Gerung .
Dengan merasa paling beretika mengatakan dungu,bajingan tolol. Apa pantas keluar dari mulut intelektual akhli filsafat kata nya.
FTA buat saya adalah musuh ideologi oleh sebab itu bantah saja uraian saya ini dengan argumentasi yang mencerahkan sebab bagi kami Indonesia adalah tanah air beta ,tidak butuh Forum Tanah Air kalau forum itu ingin menjajah Tanah Air Beta yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.Kami tidak akan perna berkhianat pada Tanah Air Beta sebab nenek moyang kami Orang Indonesia yang mendirikan Tanah Tumpah Darah Indonesia.