Grup Salim, salah satu konglomerasi terkaya dan tertua di Indonesia yang didirikan oleh mendiang Sudono Salim, terus mengembangkan gurita bisnisnya di Tanah Air. Nama Grup Salim sendiri sempat mencuat beberapa hari terakhir, setelah salah satu gudang perusahaan miliknya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, digerebek aparat dari Satgas Pangan Sumatera Utara. Satgas mendapati salah satu produsen yang berlokasi di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang diduga menimbun 1,1 juta liter minyak goreng.
Keberadaan tumpukan minyak goreng ini didapati di tengah kondisi masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng karena langka di pasaran. Kalau pun ada di pasar, harga minyak goreng masih dijual dengan harga cukup mahal.
Bisnis Grup Salim mulai menggurita di era Orde Baru. Sudono banyak berkongsi dengan kerabat Soeharto dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan Sudwikatmono, sepupu daripada Soeharto.
Bisnis minyak goreng Grup Salim
Sebagaimana diketahui, Grup Salim adalah salah satu konglomerasi terbesar yang menguasai komoditas minyak goreng di Indonesia. Grup Salim merambah ke bisnis minyak sawit terintegrasi, dari perkebunan sawit, pengolahan minyak CPO, hingga produsen minyak goreng lewat PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).
Selain kepemilkan pada Ivomas, Salim Group juga mengendalikan perusahaan sawit besar lainnya yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Kedua raksasa sawit ini terafiliasi dengan Indofood Agri Resources.
Produk minyak goreng terkenal dari Grup Salim adalah Bimoli, Delima, dan Happy. Sawit dan minyak goreng berkontribusi besar terhadap kekayaan Anthony Salim, pewaris kerajaan Grup Salim sepeninggal Sudono Salim.
Generasi kedua keluarga Salim itu juga beberapa kali dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di Indonesia. Tahun 2020, ia berada di urutan keempat dengan kekayaan 5,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 83,35 triliun.
Namun di tahun 2021, nama Anthony Salim hilang dari daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes. Estafet kepemimpinan beberapa perusahaan Grup Salim sudah mulai beralih ke generasi ketiga, salah satunya Axton Salim. Dalam beberapa tahun ke belakang, Grup Salim juga mengakuisisi banyak perusahaan kelapa sawit, sehingga luas kebun sawit yang dikelolanya semakin besar.
Grup Salim sendiri dikenal memiliki bisnis yang saling terkait dari hulu ke hilir. Sejumlah perusahaan di bawah Grup Salim adalah pengguna minyak kelapa sawit. Memiliki perusahaan sawit yang juga produsen minyak goreng, tentu bisa mendukung bisnis anak perusahaan lainnya.
Di jaringan restoran, Grup Salim memiliki saham besar di PT Fast Food Indonesia Tbk yang merupakan pemegang merek ayam goreng KFC di Tanah Air. PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Indofood CBP Sukses Makmur, keduanya merupakan produsen makanan, juga tentunya membutuhkan suplai minyak goreng cukup besar.
Grup Salim juga memiliki jaringan minimarket Indomaret yang berada di bawah bendera PT Indomarco Pristama, membuatnya bisa menjual berbagai produknya secara langsung ke konsumen. Bisnis Salim Group begitu menggurita. Tak hanya menjadi penguasa bisnis makanan, namun juga merambah bisnis perbankan. Salim Grup pernah menjadi pengendali saham Bank BCA, bank swasta terbesar di Indonesia.
Sebagai konglomerasi bisnis, gurita bisnis Grup Salim tersebar di hampir semua sektor mulai dari ritel, otomotif, jalan tol, properti, telekomunikasi, perkebunan, dan sebagainya. Kerajaan bisnis Grup Salim bermula dari perdagangan yang dijalankan Sudono Salim, seorang perantau asal China yang mengadu nasib di Indonesia di era Hindia Belanda. Bisnis pertamanya yakni jual beli cengkeh.
Usaha yang dijalankan Sudono Salim sempat mengalami pasang surut di masa penjajahan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia. Bisnisnya mulai meroket di era Orde Baru berkuasa. Sudono Salim diketahui menjadi salah satu orang dekat Presiden Soeharto.
Beberapa perusahaan besar lainnya yang berada di bawah Grup Salim antara lain PT Bogasari Flour Mill (tepung terigu), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (produsen roti Sari Roti), Indomobil (otomotif), Superindo (supermarket), Bank Ina (perbankan), dan Nusantara Infrastructure (jalan tol).
Sumber : Kompas.com