Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, Fusilatnews -Semua keluarga aktivis korban penculikan 1997-1998 diduga mendapat semacam “uang kompensasi” dari Prabowo Subianto, Presiden RI terpilih di Pemilihan Presiden 2024 sekaligus sebagai pihak yang dianggap paling bertanggung jawab dalam kasus penculikan aktivis tahun 1997-1998. Uang itu diduga diserahkan secara tunai senilai masing-masing Rp 1 miliar dalam pertemuan dengan elite-elite Partai Gerindra baru-baru ini. Benarkah?
Diketahui, sejumlah keluarga aktivis korban penculikan tahun 1997-1998 bertemu dengan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman.
Terkait pertemuan itu, Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) pun bereaksi, khususnya menyangkut pemberitaan berjudul “Dasco dan Habiburokhman Silaturahmi dengan Keluarga-Aktivis 98”, Ahad (4/8/2024), di mana Pengurus Badan Pekerja IKOHI mengklarifikasi bahwa mereka tidak tahu rencana dan tidak terlibat dalam pertemuan tersebut.
“Setelah kami telusuri ternyata pertemuan tersebut diinisiasi dan difasilitasi oleh Saudara Mugiyanto, Staf Deputi V pada Kantor Kepala Staf Presiden (KSP) yang merupakan penyintas dalam kasus penghilangan paksa tahun 1998. Saudara Mugiyanto juga adalah Ketua IKOHI 2000-2014,” kata Ketua Umum IKOHI Wanmayeti dalam rilisnya, Senin (5/8/2024).
Tanpa sepengetahuan pengurus IKOHI, kata Wanmayeti, Mugiyanto telah mengundang seluruh keluarga korban dari berbagai daerah di Indonesia ke Jakarta.
“Secara prinsip, Pengurus IKOHI masih tetap dan akan meminta pertanggungjawaban negara atas kasus penghilangan paksa 1997-1998 sebagaimana rekomendasi DPR RI tahun 2009,” jelasnya.
Adapun rekomendasi itu, kata Sekretaris Umum IKOHI Zaenal Muttaqin menambahkan, pertama, merekomendasikan Presiden RI untuk membentuk Pengadilan HAM Ad-hoc.
Kedua, merekomendasikan Presiden RI serta segenap insitusi pemerintah serta pihak terkait untuk segera melakukan pencarian terhadap 13 aktivis yang masih hilang.
Ketiga, merekomendasikan Pemerintah RI ntuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi kepada keluarga korban yang hilang.
Keempat, merekomendasikan Pemerintah RI agar segera meratifikasi Konvensi Anti Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktik penghilangan paksa di Indonesia.
Sementara itu, hingga berita ini disusun, baik Sufmi Dasco Ahmad maupun Habiburokhman belum berhasil dihubungi untuk diklarifikasi terkait isu “uang kompensasi” dari Prabowo buat keluarga aktivis korban penculikan tahun 1997-1998 tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bersama Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman bertemu dengan keluarga dan aktivis 98.
Dikutip dari detik.com, Ahad (4/8/2024), momen pertemuan itu diunggah Dasco di akun Instagramnya, Ahad (4/8/2024).
Dasco menyampaikan pertemuan ini merupakan silaturahmi. “Silaturahmi dengan keluarga orang hilang 98 dan para aktivis 98,” tulis Dasco.
Dasco yang juga Wakil Ketua DPR RI itu mengungkap mereka saling bicara dari hati ke hati. Menurutnya, dalam pertemuan itu mereka menyampaikan keluh-kesah serta berdiskusi untuk kemajuan Indonesia yang akan dipimpin Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Di mana pada saat pertemuan itu kami bicara dari hati ke hati, mendengarkan keluhan, dan kemudian juga mendiskusikan bagaimana Indonesia lebih maju ke depan,” ucap Dasco.
“Semua sepakat untuk mendukung Indonesia maju dan juga mendoakan Pak Prabowo supaya sehat walafiat,” lanjutnya.
Berikut daftar keluarga orang hilang tahun 1998 dan para aktivis 1998 yang bersilaturahmi dengan Dasco dan Habibuokhman:
Fitriwani (Anak Widji Tukul)
Keluarga Aan Rusdianto Aktivis 98
Ibu Heni (Kakak Herman Hermawan, Aktivis 98)
Ibu Hera (Kakak Herman Hermawan, Aktivis 98)
Ibu Fatah (Ibunda Gilang, Aktivis 98)
Aan Rusdianto (Aktivis 98)
Pak Utomo (Ayah Bimo Petrus, Aktivis 98)
Hakim (Anak Dedi Hamidun, Aktivis 97)
Suyadi (Kakak dari Suyat, Aktivis 98)
Paiyan Siahaan (Aktivis Mei 98)
Ayahnya Mugiyanto Aktivis 98
Mugiyanto (Aktivis 98)
Nina (Adik dari Yadin, Aktivis Mei 98)
Navila (adik dari Nova Alkatiri, Aktivis 97.