“Seorang wartawan yang takut menulis sama artinya dengan seorang rakyat yang rela dibungkam.” Kutipan ini menegaskan keberanian Bambang Tri Mulyono (BTM), wartawan daerah yang menyalakan api kebenaran di tengah gelapnya dominasi media mainstream. Ia bukan bagian dari Tempo, Kompas, atau televisi nasional. Ia berdiri sendiri, menulis apa adanya, menyingkap fakta yang ditutup-tutupi—bahkan ketika risiko kehilangan kebebasan menjadi ancaman nyata.
BTM telah membuktikan nyalanya. Pada 26 Agustus 2025, ia dibebaskan bersyarat dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sragen setelah memenuhi seluruh persyaratan hukum. Namun yang lebih penting dari sekadar dokumen resmi adalah makna simbolis pembebasan ini: kebenaran tidak bisa dibungkam, meski tekanan dan dominasi media mainstream berusaha menutupinya.
Isu yang diungkap BTM bukan soal kebijakan pemerintah, melainkan fakta yang lebih mendasar: keaslian ijazah-ijazah Jokowi. Selama bertahun-tahun, media mainstream menutup mata, membungkam kontroversi ini, atau menundanya di balik narasi kepatuhan dan legitimasi. BTM, dengan keberanian seorang wartawan daerah yang menolak kompromi, menelusuri fakta, menulis, dan mengungkapnya kepada publik. Nyala kebenaran yang ia nyalakan seperti api kecil yang terus membakar, hingga akhirnya fakta itu tidak lagi bisa disembunyikan.
Walter Cronkite pernah berkata, “Journalism is what we need to make democracy work.” BTM membuktikan bahwa satu individu berani, meski dari daerah, mampu mengguncang dominasi narasi media mainstream dan membuka mata publik. Kebenaran tentang ijazah palsu Jokowi bukan lagi rumor; ia menjadi fakta yang harus dihadapi. Keberanian moral BTM menunjukkan bahwa kekuasaan bisa “tumbang” bukan karena tekanan politik, tapi karena integritas seorang wartawan yang menolak dibungkam.
Kini, BTM menghadapi tantangan baru. Ia harus terus menyalakan api kebenaran, menulis tanpa takut, dan menjadi teladan bagi generasi jurnalis berikutnya. Ia membuktikan bahwa kedzaliman bisa diungkap, kebohongan bisa dibongkar, dan suara kebenaran, sekecil apapun, bisa menumbangkan narasi dominan yang berpuluh-puluh tahun dikonstruksi oleh kekuasaan.
Bambang Tri Mulyono menegaskan satu hal abadi: kekuatan moral seorang individu mampu menumbangkan kekuasaan yang tampak tak tergoyahkan. Jokowi mungkin memiliki media mainstream di belakangnya, tetapi nyala kebenaran BTM menunjukkan satu prinsip yang tak terbantahkan: kebenaran yang ditulis dan diperjuangkan dengan keberanian tidak pernah bisa dipenjara, dan api moral seorang wartawan sejati selalu menuntut untuk didengar.
























