Ada hal yang selalu menarik dari sosok Rocky Gerung. Sebagai seorang intelektual yang kontroversial dan sering kali memantik emosi, dia memiliki cara unik dalam menghadapi ancaman fisik. Satu hal yang mengundang kekaguman adalah saat lawannya berniat melakukan kekerasan fisik, Rocky justru memilih untuk mendekat dan seolah-olah menyerahkan dirinya. Pendekatan ini bukan hanya sebuah bentuk keberanian, tetapi juga strategi psikologis yang cerdas untuk melucuti kekuatan lawannya.
Dari sudut pandang psikologis, perilaku Rocky Gerung ini dapat dilihat sebagai bentuk pengendalian situasi melalui taktik pembalikan. Dalam teori psikologi, ada konsep yang dikenal dengan istilah paradoxical intention atau niat paradoks. Ini adalah teknik di mana seseorang sengaja menghadapi ketakutan atau ancaman dengan cara yang berlawanan dengan respons alami kita, yaitu melawan atau menghindar. Rocky, dalam hal ini, justru mendekat, menempatkan dirinya dalam posisi rentan. Ini adalah bentuk keberanian yang tidak biasa, yang dapat menyebabkan kebingungan dan ketidaknyamanan bagi pihak yang bermaksud melakukan kekerasan.
Ketika seseorang bersikap agresif, ia sering kali berharap atau bahkan mengandalkan respons defensif atau takut dari targetnya. Respons takut ini akan memvalidasi agresi dan membuat pihak agresif merasa memiliki kendali atau kekuatan atas situasi. Namun, ketika Rocky mendekat dan tampak seolah-olah siap untuk menerima serangan, ia secara efektif merampas kendali itu dari lawannya. Sikap tenang dan penerimaan ini bisa membuat lawannya merasa kehilangan tujuan atau bahkan merasa bersalah. Rocky memaksa lawannya untuk menghadapi kenyataan bahwa kekerasan mereka mungkin tidak hanya tidak efektif, tetapi juga tidak bermoral dan tidak dapat dibenarkan.
Keberanian yang ditunjukkan Rocky Gerung juga bisa dilihat sebagai manifestasi dari kepercayaan diri yang mendalam. Dalam psikologi, keberanian seperti ini biasanya berasal dari keyakinan pada integritas pribadi dan kebenaran dari tindakan atau ucapan seseorang. Orang-orang yang memiliki rasa aman yang kuat dalam identitas dan tujuan mereka lebih kecil kemungkinannya untuk merasa terancam oleh agresi eksternal. Mereka mampu mempertahankan ketenangan dan kontrol diri, bahkan ketika situasi tampak berbahaya. Dalam banyak kesempatan, Rocky Gerung tampaknya telah menunjukkan kualitas ini dengan sangat jelas.
Pendekatan ini juga secara efektif menunjukkan kelemahan psikologis dari lawannya. Ketika seorang lawan dihadapkan pada target yang tidak menunjukkan rasa takut atau tidak menanggapi dengan cara yang diharapkan, mereka sering kali merasa kehilangan arah. Mereka mungkin merasa terancam oleh keberanian dan ketenangan yang tidak terduga tersebut. Dengan mendekat dan tampak menyerahkan diri, Rocky secara tidak langsung mengirimkan pesan bahwa ia tidak takut pada lawannya, dan ini justru menempatkan lawannya dalam posisi tidak nyaman. Mereka yang awalnya ingin menggunakan kekerasan fisik justru dibuat merasa terpojok oleh kekuatan mental dan moral Rocky.
Namun, ada juga dimensi lain yang patut diperhatikan. Rocky Gerung, dengan segala kontroversinya, mungkin telah memahami bahwa kekerasan fisik dalam konteks publik hampir selalu menjadi bumerang bagi pihak yang melakukannya. Dalam era di mana kamera selalu siap merekam, tindakan kekerasan fisik akan jauh lebih merugikan bagi pelaku dibandingkan korban. Rocky tampaknya telah menginternalisasi pemahaman ini dan menggunakan keberaniannya sebagai senjata untuk mengubah kelemahan lawannya menjadi kekuatan dirinya.
Secara psikologis, keberanian Rocky Gerung bisa juga dilihat sebagai ekspresi dari konsep non-violent resistance atau perlawanan tanpa kekerasan. Alih-alih melawan dengan agresi yang sama, dia menunjukkan bahwa ada cara yang lebih kuat dan lebih efektif untuk melawan keburukan: dengan menunjukkan ketidakmampuan lawan untuk bertindak dengan benar. Ini adalah bentuk keberanian yang jarang kita lihat di ruang publik, tetapi sangat efektif dalam mengubah narasi dan dinamika kekuasaan.
Rocky Gerung adalah simbol dari seorang yang berani karena ia tidak takut untuk menghadapi ketakutan itu sendiri. Taktiknya bukan hanya tentang keberanian, tetapi juga tentang kecerdasan emosional dan psikologis. Lawannya, dalam upaya mereka untuk melakukan kekerasan fisik, justru dibiarkan tanpa pilihan lain selain menahan diri atau terlihat buruk di depan publik. Keberanian yang ditunjukkan Rocky adalah jenis keberanian yang lebih dalam, lebih kuat, dan lebih langka—jenis keberanian yang membuat lawan tidak berkutik, bukan karena kekuatan fisik, tetapi karena ketenangan mental yang menginspirasi rasa hormat dan bahkan kekaguman.
Dengan cara ini, Rocky Gerung mengajarkan kita bahwa keberanian sejati bukan hanya tentang menghadapi bahaya fisik, tetapi tentang berdiri teguh dalam keyakinan kita, tanpa harus takut atau marah. Seperti kata pepatah, “Keberanian bukanlah tidak adanya rasa takut, tetapi tindakan meskipun ada rasa takut.” Dan Rocky, dengan keberanian dan ketenangannya, telah menunjukkan kepada kita bagaimana melakukannya.
4o