Pertumbuhan populasi Muslim di dunia sering kali menjadi sumber kekhawatiran di kalangan masyarakat Barat. Perspektif ini umumnya didasarkan pada data demografis yang menunjukkan bahwa pertumbuhan Islam lebih banyak didorong oleh tingginya angka kelahiran dibandingkan dengan konversi. Beberapa negara Muslim, terutama yang dianggap konservatif atau radikal seperti Afghanistan, Yaman, dan Nigeria Utara, menunjukkan tingkat kelahiran yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara non-Muslim. Sebaliknya, banyak negara Barat mengalami penurunan angka kelahiran yang signifikan, bahkan memasuki fase negatif dalam populasi mereka.
Fenomena ini menimbulkan prediksi bahwa Islam akan terus tumbuh sebagai persentase dari populasi global. Selain itu, migrasi Muslim ke negara-negara Barat juga menjadi faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan populasi Muslim di wilayah-wilayah yang secara tradisional non-Muslim. Kebijakan imigrasi yang longgar, menurut pandangan ini, turut memfasilitasi peningkatan populasi Muslim di Barat. Di beberapa negara, komunitas Muslim bahkan telah tumbuh begitu besar hingga mengontrol wilayah kota atau bahkan seluruh kota.
Kekhawatiran ini juga sering kali berpusat pada munculnya apa yang disebut sebagai “zona tak terjangkau” (no-go zones), yaitu daerah-daerah di mana non-Muslim merasa tidak disambut atau bahkan terpinggirkan. Lebih jauh lagi, beberapa dari daerah ini dianggap sebagai pusat radikalisasi, yang menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat Barat.
Namun, pandangan seperti ini seringkali terlalu menyederhanakan realitas yang lebih kompleks. Pertumbuhan Islam bukan semata-mata tentang demografi, tetapi juga tentang dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi perkembangan masyarakat Muslim di seluruh dunia. Selain itu, mengaitkan pertumbuhan Islam dengan ancaman radikalisasi atau ekstremisme juga merupakan generalisasi yang berlebihan, karena mayoritas umat Muslim berkomitmen pada nilai-nilai perdamaian dan toleransi.
Pada akhirnya, kekhawatiran Barat tentang pertumbuhan Islam sering kali mencerminkan ketakutan terhadap perubahan sosial yang cepat dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan masyarakat yang semakin pluralistik. Pandangan yang lebih bijaksana harus memperhitungkan peran Islam dalam menciptakan dialog antarbudaya dan kontribusinya terhadap perdamaian global.