Oleh : Yudi Latif
Dalam demokrasi beradab, hukum berenang di lautan etika. Defisit institusi dan undang2 selalu bisa ditutupi oleh kecukupan moralitas. Dlm demokrasi lemah adab, hukum berenang di lautan tuna-etika. Surplus undang2 tak membuat tertib hukum, malah makin membuka celah bg kejahatan manipulatif.
Brbgai ekspresi ketidakpatutan etis di jagad politik mengindikasikan meluasnya fenomena “rabun moral”. Demokrasi tak kunjung bisa dikonsolidasikan krn Pancasila tak pernah sungguh2 dijadikan titik tumpu; pranata politik kerap dibongkar pasang; konstitusi dan hukum ditekuk-tekuk sesuai selera kepentingan.
Gerak politik kita ke masa depan sekadar mengikuti irama rutinitas. Tak ada kejelasan visi, peta jalan, dan haluan. Tak terbangun keandalan tata nilai, tata kelola dan tata sejahtera. Setiap saat, bahtera Republik bisa dicegat dan dibelokkan arahnya. Diskusi publik dilumpuhkan fiksi politik, perwakilan bermutu disisihkan keterpilihan semu, pemerintahan hukum dilumpuhkan personalisasi kekuasaan.
Utk mengeluarkan Republik dr situasi limbung, kita perlu memulihkan kejelasan dan keajegan visi, yg memberi prinsip dan haluan direktif berjangka pjang, tnp kehilangan daya fleksibilitas utk dpt merespon bbgi ancaman dan perkembangan yg trs berubah.
Kepemimpinan memainkan peran penting. Utk negara seluas, sebesar, semajemuk Indonesia diperlukan pemimpin negarawan yg memiliki keluasan mentalitas dan tanggung jawab yg lebih besar, melampaui kepentingannya sendiri.
Utk itu, modal terpenting kepemimpinan adlah “Modal Moral” (Moral Capital). Moral di sini adlah kekuatan dan kualitas komitmen pemimpin dlm memperjuangkan nilai, keyakinan, tujuan, amanat penderitaan rakyat. Kapital di sini bukan hanya potensi kebajikan seseorg, melainkan potensi yg scr aktual menggerakan roda politik.
Agar bisa melayani kepentingan umum, seorg pemimpin hrs bisa ber-“puasa” dr godaan nafsu kuasa, harta, hormat, dan popularitas, yg tak ada habisnya hingga masuk liang lahat.
Bagi pemimpin sejati, kebahagiaan tertinggi terletak dlm kemampuan merengkuh makna terluhur kekuasaan sbg amanah Tuhan dan rakyat demi kebajikan dan kebahagiaan hidup bersama.
(Makrifat Pagi)
Instagram : @yudi.latif