Jakarta-FusilatNews – Presiden terpilih Prabowo Subianto menghadapi ujian awal dalam masa transisi kepemimpinannya. Suara keras datang bukan dari oposisi atau kelompok sipil biasa, melainkan dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI—kelompok yang selama ini menjadi pilar moral dalam perjalanan sejarah bangsa. Mereka mengusulkan agar Prabowo mengganti Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden sebelum pasangan ini resmi dilantik.
Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Komarudin Watubun, menegaskan pentingnya Prabowo menanggapi usulan tersebut dengan penuh keseriusan. Ia menekankan bahwa permintaan itu bukan berasal dari relawan politik biasa, melainkan dari para purnawirawan senior yang punya reputasi tinggi dalam dunia militer dan nasionalisme.
“Usulan purnawirawan itu harus ditanggapi serius oleh presiden karena itu purnawirawan yang bukan kelas abal-abal,” kata Komarudin saat ditemui di Kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin, 28 April 2025.
Lebih jauh, Komarudin mengungkapkan bahwa salah satu tokoh yang ikut menyuarakan desakan itu adalah mantan Panglima ABRI dan mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno. Ia meyakini, seruan seperti ini tidak mungkin muncul tanpa pertimbangan yang dalam mengenai kondisi bangsa saat ini dan masa depan Indonesia.
Tanda Kegelisahan Para Penjaga Bangsa
Seruan Forum Purnawirawan menandakan kegelisahan serius dari kalangan yang selama ini menjadi penjaga integritas negara. Kekhawatiran mereka bukanlah soal pribadi Gibran semata, melainkan tentang kesiapan seseorang memikul tanggung jawab besar sebagai wakil presiden di tengah situasi geopolitik yang kompleks dan tantangan domestik yang menggunung.
Prabowo, sebagai pemimpin terpilih, kini menghadapi dilema: mempertahankan pasangan politiknya demi stabilitas jangka pendek atau mendengarkan suara para penjaga moral bangsa yang mempertimbangkan kepentingan nasional dalam jangka panjang.
Ujian Kepemimpinan Prabowo
Permintaan ini menjadi cermin pertama bagi kepemimpinan Prabowo Subianto. Bagaimana ia merespons kritik dari kelompok senior seperti purnawirawan akan menentukan warna kepemimpinannya ke depan.
Menanggapi usulan ini tidak berarti Prabowo harus serta-merta mencopot Gibran. Namun, setidaknya ia perlu menunjukkan bahwa ia mau membuka ruang dialog, mengkaji secara serius, dan memperlihatkan bahwa keputusan-keputusan penting dalam pemerintahannya didasari oleh pertimbangan kenegaraan, bukan semata-mata loyalitas politik.
Bangsa Menanti Keputusan Besar
Tidak mudah bagi Prabowo untuk berada di tengah-tengah tarik-menarik kepentingan politik dan seruan moral bangsa. Namun, sejarah membuktikan bahwa seorang pemimpin besar lahir dari kemauan untuk mendengarkan suara-suara kebenaran, meski terkadang pahit.
Bangsa ini menanti, apakah Prabowo akan menjadi pemimpin yang berani mengutamakan keselamatan negara di atas kompromi politik, ataukah memilih jalan nyaman yang penuh risiko bagi masa depan republik. Dalam perjalanannya menuju pelantikan, ujian pertama ini bisa menjadi penentu bagaimana rakyat memandang legitimasi dan kredibilitas pemerintahannya.
Seperti dikatakan Komarudin, “Kalau para purnawirawan mengusulkan, pasti itu dipikirkan sangat dalam.” Dan memang, tidak ada yang lebih dalam daripada suara hati para penjaga bangsa.