Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Jakarta, Fusilatnews – Bukan sulap, bukan sihir, melainkan fakta. Tapi fakta pun bisa menyulap minyak goreng bekas pakai atau jelantah menjadi rupiah.
Itulah yang dilakukan Masjid Nurul Baqa di Peninggaran, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, Jumat (11/10/2024).
Bekerja sama dengan PT Noovoleum Indonesia Investama, Masjid Nurul Baqa menggelar program Masjid Ramah Lingkungan.
Dihadiri hampir seratusan ibu-ibu jemaah masjid, pihak PT Noovoleum Indonesia Investama yang diwakili Adhitya Dean dan Dwi Rizki selaku Community Engagement Officer melakukan presentasi. Acara juga dihadiri Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Baqa Ustadz Drs H Abdul Hadi Fatah.
Menurut Ustadz Abdul Hadi, Masjid Nurul Baqa adalah titik ke-16 di Jakarta yang dijadikan PT Noovoleum Indonesia Investama sebagai tempat sosialisasi sekaligus membangun kerja sama akan pentingnya menyulap jelantah menjadi minyak untuk komoditas ekspor.
“Jadi, selain ramah lingkungan, juga bernilai ekonomi karena menghasilkan uang,” katanya.
Untuk itu, kata Ustadz Hadi, Masjid Nurul Baqo mendapat pinjaman alat atau mesin untuk memproses minyak jelantah menjadi minyak berkualitas untuk komoditas ekspor.
Para jemaah, kata Ustadz Hadi, dipersilakan membawa minyak goreng jelantah yang merupakan limbah dapur ke masjid untuk dimasukkan ke dalam mesin pemroses itu kemudian ditukar uang. “Per kilo (1 kilogram) minyak jelantah dihargai enam ribu rupiah,” jelasnya.
Bagi jemaah yang punya telepon seluler pintar, kata Ustadz Hadi, bisa membuat aplikasi sendiri sehingga masing-masing jamaah bisa mengetahui langsung berapa kilo jelantah yang telah disetor dan berapa rupiah yang akan didapat.
“Sedangkan bagi jemaah yang tidak punya telepon seluler pintar maka pihak masjid yang akan mendata secara manual. Pembayaran akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing jemaah,” paparnya.
Dwi Rizki menambahkan, pihaknya menaruh mesin pemroses berkapasitas 1 ton di Kompleks Masjid Nurul Bawa, dan apabila minyak jelantah yang terkumpul nanti sudah mencapai 3/4-nya maka pihaknya akan mengambilnya.
“Tujuan kita terutama mengedukasi masyarakat agar tidak membuang minyak goreng jelantah sembarangan. Kalau dibuang ke tanah akan mencemari tanah, kalau dibuang ke sungai akan mencemari sungai dan laut. Apalagi ini bernilai ekonomi, karena setiap kilo minyak jelantah yang disetor kita hargai selitar enam ribu rupiah,” katanya.
Kerja sama dalam rangka menciptakan masjid ramah lingkungan tersebut, kata Dwi Rizki, bukan hanya dilakukan pihaknya di Jakarta, melainkan juga di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, serta Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Kita mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Nilai plusnya lagi, mendatangkan rupiah,” katanya.
Para jemaah pun tampak antusias dan menyambut baik program baru yang diluncurkan Masjid Nurul Baqa ini, apalagi mereka juga mendapatkan pembagian jeriken minyak untuk wadah minyak jelantah dari rumah ke masjid.
“Program ini sangat bagus, dan kami sangat mendukung,” kata Suharto, Sekretaris RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang juga hadir dalam acara sosialisasi itu.
Masjid Nurul Baqa memang banyak kreasi dan peduli terhadap jemaahnya. Terutama kaum dhuafa. Baru-baru ini, masjid yang merupakan wakaf dari seseorang yang tak mau disebutkan namanya ini juga memberikan bantuan modal usaha kepada puluhan jemaahnya yang menjadi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).