Judul tersebut dinilai tidak etis bahkan provokatif, sehingga saya ganti disini dengan judul baru Dampak Keputusan Tanpa Pertimbangan: Belajar dari Bush dan Jokowi
Dalam sejarah, ketegasan pemimpin sering kali menghasilkan dampak yang luas. Namun, ketegasan tanpa perhitungan yang matang bisa menjadi bencana besar. Salah satu contohnya adalah keputusan George W. Bush untuk menyerang Irak pada 2003, meski banyak kepala negara dan tokoh dunia memintanya untuk menahan diri. Ketika saya bertanya kepada teman saya, Prof. Hogan dari Macquarie University, Tom—begitu saya biasa memanggilnya—tentang rencana tersebut, ia berkata, “Ali, an idiot’s thoughts cannot be predicted.” Perkataan ini mengandung kebenaran yang dalam. Bush tetap menyerang Irak, dan negeri itu jatuh dalam kehancuran yang berkepanjangan.
Namun, fenomena serupa tampaknya dapat kita lihat di Indonesia dalam gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jokowi kerap membuat janji yang terdengar tegas dan menjanjikan di awal, namun sering berubah seiring waktu hingga sulit dipahami. Sikap yang berubah-ubah, inkonsisten, dan kadang berlawanan dengan pernyataan awalnya menjadi ciri yang menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat.
Misalnya, janji Jokowi untuk menghentikan impor bahan pokok. Di awal kepemimpinannya, ia menyatakan bahwa Indonesia akan mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam hal pangan. Namun, kenyataannya berbeda: impor beras, gula, daging, dan jagung terus dilakukan, bahkan sering kali meningkat. Janji untuk tidak bergantung pada utang luar negeri juga tergerus. Saat ini, utang negara berada pada titik yang mengkhawatirkan, meningkat dari tahun ke tahun, seolah janji di masa lalu hanya bagian dari kampanye.
Hal yang semakin menarik adalah ketika Jokowi kerap menyatakan bahwa keluarganya akan jauh dari politik. Namun, kenyataannya kini anak-anaknya justru berada dalam pusaran politik, bahkan menjabat di posisi-posisi strategis. Inkonsistensi seperti ini sulit dipahami bahkan oleh mereka yang sudah terlatih dalam analisis politik, termasuk para akademisi seperti Rocky Gerung.
Rocky pernah menyoroti bahwa keputusan politik harusnya dipertimbangkan dengan matang karena dampaknya yang luas. Namun, pola ketidakjelasan Jokowi dalam berjanji dan bertindak sering kali mengorbankan stabilitas negara. Seperti Bush yang tak menggubris nasihat dunia dan melanjutkan penyerangan ke Irak, Jokowi juga tampak memaksakan keputusan-keputusan meski berlawanan dengan janji-janjinya sendiri.
Kita tidak bisa mengabaikan dampak dari ketidakkonsistenan seorang pemimpin. Ketika janji yang penuh harapan di awal berubah menjadi tindakan yang kontradiktif, kepercayaan rakyat perlahan memudar. Ketegasan memang penting dalam kepemimpinan, namun tanpa kecerdasan dan perhitungan yang matang, kita mungkin hanya akan terus menyaksikan perulangan sejarah kelam, dari Amerika ke Indonesia.