FusilatNews – Alhamdulillah, saya akhirnya bisa berkunjung ke Gedung yang megah dan bersejarah ini. Gedung ini dikenal dengan nama “Kokkai Gijidō” atau Gedung Parlemen Jepang. Sejak awal, saya memang berencana untuk mengunjungi tempat ini, di mana para wakil rakyat Jepang berdebat, berdiskusi, dan merumuskan kebijakan demi kemajuan negara dan kesejahteraan rakyatnya.
Menariknya, masyarakat Jepang sendiri cenderung tidak terlalu peduli dengan dinamika yang terjadi di dalam gedung ini. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi karena kesibukan mereka dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, atau mungkin karena tingkat kepercayaan mereka yang tinggi terhadap wakil-wakil rakyat yang telah dipilih.
Saya merasa sangat beruntung. Meskipun pada hari itu gedung ini ditutup untuk umum karena merupakan hari libur nasional, saya tetap bisa masuk dan melihat langsung ruang sidang yang selama ini hanya saya saksikan melalui siaran NHK. Berkat bantuan Sakama-san, saya dapat menjelajahi hampir seluruh ruangan di dalam Gedung Parlemen ini dan bahkan sempat duduk sejenak di kursi yang biasa ditempati anggota Diet Jepang.
Salah satu ruang yang paling saya ingin lihat adalah ruang sidang paripurna, tempat seluruh anggota Diet, Perdana Menteri, serta Kaisar dan keluarganya memiliki tempat khusus. Sayangnya, perpustakaan parlemen yang juga terkenal dengan koleksi arsip dan surat kabarnya sedang tutup, meskipun saya sempat mengintip dari pintu masuk dan melihat deretan publikasi yang disediakan bagi para anggota parlemen.
Lingkungan sekitar Gedung Kokkai Gijidō juga sangat menarik. Tidak jauh dari sini terdapat kediaman resmi Perdana Menteri Jepang, sehingga pengamanan di area ini sangat ketat. Banyak polisi berjaga di setiap sudut jalan, tetapi meskipun tampak serius, mereka tetap ramah dan menyapa dengan “Konnichiwa” kepada setiap orang yang lewat.
Kemegahan Gedung Parlemen Jepang mencerminkan betapa tingginya posisi wakil rakyat dalam sistem politik negeri ini. Meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak peduli atau bahkan skeptis terhadap para politisi, komitmen anggota parlemen dalam menjalankan tugasnya terlihat dari aktivitas mereka di gedung ini.
Konstitusi Jepang, yang mulai berlaku pada tahun 1947, didasarkan pada tiga prinsip utama: kedaulatan rakyat, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan penolakan terhadap perang. Konstitusi ini juga menetapkan pemisahan kekuasaan antara tiga badan pemerintahan: legislatif (Diet atau Parlemen), eksekutif (Kabinet), dan yudikatif (Pengadilan).
Diet Jepang adalah badan legislatif tertinggi dan satu-satunya lembaga yang berwenang membuat undang-undang. Diet terdiri dari dua kamar: Majelis Rendah (Shūgiin) yang memiliki 465 kursi dan Majelis Tinggi (Sangiin) dengan 248 kursi. Setiap warga negara Jepang yang telah berusia 18 tahun memiliki hak untuk memilih dalam pemilihan umum.
Sistem pemerintahan Jepang bersifat parlementer, mirip dengan Inggris dan Kanada. Berbeda dengan Amerika Serikat atau Prancis, rakyat Jepang tidak memilih presiden secara langsung. Sebaliknya, anggota Diet memilih Perdana Menteri dari antara mereka sendiri. Perdana Menteri kemudian membentuk dan memimpin kabinet, yang bertanggung jawab kepada Diet.
Kekuasaan yudikatif berada di tangan Mahkamah Agung dan pengadilan tingkat lebih rendah, seperti pengadilan tinggi, pengadilan distrik, dan pengadilan sumir. Mahkamah Agung terdiri dari Ketua Mahkamah Agung dan 14 hakim lainnya yang diangkat oleh Kabinet. Kasus-kasus hukum umumnya ditangani oleh pengadilan distrik, sedangkan pengadilan sumir menangani perkara ringan seperti pelanggaran lalu lintas.
Di Jepang, terdapat 47 prefektur dan lebih dari 1.700 pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas berbagai layanan publik seperti pendidikan, kesejahteraan, dan infrastruktur. Kepala daerah serta anggota parlemen lokal dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Kunjungan ini semakin membuka wawasan saya tentang bagaimana sistem politik dan pemerintahan Jepang berjalan. Sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan semakin memperkaya pemahaman saya tentang negeri sakura ini.