Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)

Jakarta, Fusilatnews – Bobby, “cowboy” (koboi). Dua kata itu terdengar senada. Namun maknanya berbeda. Bobby, lengkapnya Bobby Afif Nasution, adalah Wakikota Medan, Sumatera Utara. Sedangkan koboi adalah sebuah istilah yang merujuk pada penggembala sapi di Amerika.
Koboi kerap dikonotasikan sebagai seseorang yang suka berperilaku “semau gue” dan ugal-ugalan. Apakah Bobby juga demikian?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), koboi berarti: 1) penggembala sapi yang menaiki kuda (di Amerika); 2) orang yang bertindak seenaknya sendiri (melanggar aturan, menghakimi sendiri, suka berkelahi, dan sebagainya).
Diberitakan, Walikota Medan Bobby Nasution kembali mengancam akan merobohkan Mal Centre Point, Medan, jika manajemen mal tersebut tidak melunasi utang.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Medan sempat memberikan “deadline” pembayaran tunggakan pajak Mal Centre Point sebesar Rp143 miliar hingga 19 Juli 2024.
Namun, belum sampai tiba waktu deadline, manajemen mal mengirim surat ke Pemkot Medan, memohon agar tenggat pembayaran diundur sampai waktu yang tidak ditentukan.
Terkait hal itu, Bobby menilai manajemen mal tidak berkomitmen dengan janjinya. Dia lalu memberikan waktu pengosongan selama sepekan. Alat berat nantinya akan disiapkan untuk menghancurkan gedung tersebut (Kompas.com, Selasa 16 Juli 2024).
Lantas, rencana aksi Bobby itu bak koboi atau justru heroik?
Bagi pemilik dan manajemen Mal Centre Point, mungkin Bobby dianggap ugal-ugalan laiknya seorang koboi. Tapi bagi masyarakat Medan, bisa jadi Bobby dianggap heroik atau bak pahlawan dalam menegakkan aturan.
Dus, Bobby seperti koboi atau pahlawan tergantung dari sudut mana kita memandang.
Pertanyaannya, kepada mal-mal lain yang menunggak pajak, atau kepada penunggak-penunggak pajak lain, apakah Bobby akan atau bahkan telah melakukan hal yang sama? Jika tidak, berarti Bobby diskriminatif alias tebang pilih.
Ataukah aksi koboi atau heroik Bobby itu hanya untuk pencitraan belaka? Maklum, menantu kesayangan Presiden Joko Widodo itu sedang bersiap untuk maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumut 2024, tanggal 27 November mendatang. Sejumlah partai politik pun sudah menyatakan akan mengusung Bobby sebagai calon gubernur.
Mengapa Bobby bisa sekoboi atau seheroik itu?
Pertama, karena suami Kahiyang Ayu itu seorang walikota yang tentu saja sudah dilengkapi dengan berbagai aturan dan kewenangan. Dengan aturan dan kewenangan itu, Bobby bisa melakukan apa saja sepanjang tidak melanggar aturan. Kalau sampai melanggar, Bobby bisa digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atau bahkan dipidanakan.
Kedua, siapa pun tahu bahwa Bobby adalah menantu Presiden Jokowi. Jabatan mertuanya itu bisa membuat keder siapa saja. Jokowi adalah “backing” Bobby yang paling nyata.
Ketiga, saat ini adalah menjelang pilkada. Demi mengatrol popularitas dan elektabilitas, seseorang yang hendak ikut kontestasi bisa melakukan apa saja. Tak terkecuali Bobby Nasution. Bukankah demikian?
Kita tunggu saja aksi koboi (heroik) Bobby Nasution menghancurkan Mal Centre Point Medan.