Indonesia dalam mode siaga. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih melanda, dan ada tendensi kian ‘menggila’.
Kemarin, Kamis (27/1/2022), kasus positif harian Covid-19 mencapai 8.077 orang. Ini adalah rekor tertinggi sejak 2 September 2021. Dikutip cnbcindonesia.com
Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus harian adalah 4.518 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yakni 1.250 orang setiap harinya.
Temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) pun kian tinggi. Pada 26 Januari 2022, positivity rate nasional adalah 2,87%. Naik dibandingkan hari sebelumnya yang 2,77%.
Rata-rata positivity rate dalam seminggu terakhir adalah 1,88%. Lebih tinggi dari pekan sebelumnya yaitu 1,64%.
Jumlah pasien sembuh memang bertambah, tetapi lajunya tidak lagi secepat kasus baru. Ini membuat kasus aktif corona di Tanah Air meningkat. Per 26 Januari 2022, kasus aktif corona berjumlah 29.277 orang. Ini adalah yang tertinggi sejak 5 Oktober tahun lalu.
Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik secara mandiri maupun di fasilitas kesehatan. Jadi kasus aktif menggambarkan kondisi pandemi di lapangan.
Data ini menggambarkan beban rumah sakit mulai bertambah. Tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) terus meningkat.
Kementerian Kesehatan mencatat BOR rumah sakit nasional per 26 Januari 2022 adalah 9,77%, naik dari hari sebelumnya 8,89%. Tertinggi ada di Jakarta (38%), disusul oleh Banten (14%), Jawa Barat (9%), Sulawesi Utara (9%), Bali (7%), Sulawesi Barat (6%), Yogyakarta (5%), Sumatera Selatan (5%), Nusa Tenggara Barat (4%), dan Aceh (4%).
Adalah virus corona varian omicron yang menyebabkan lonjakan tersebut. Kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan, varian ini sudah menyebar ke lebih dari 100 negara, tidak terkecuali Indonesia.
Per 25 Januari 2022, total pasien pengidap virus corona varian omicron di Indonesia berjumlah 1.998 orang. Sebagian besar di antaranya adalah Pelaku Perjalanan Luar Negeri PPLN (58,06%). Sementara transmisi lokal adalah 30,33%.
Kasus PPLN terbanyak datang dari negara asal keberangkatan Arab Saudi (13,02% dari total PPLN). Disusul oleh Turki (11,55%), Amerika Serikat/AS (9,05%), dan Malaysia (7,24%).
Namun bukan berarti semua kabar buruk bin mengerikan. Di tengah-tengah berita seram tersebut, ada harapan yang melegakan.
Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan, memaparkan serangan omicron tidak (atau belum) separah varian delta yang meneror tahun lalu. Risiko gejala berat dan kematian relatif rendah.
“Saat varian delta, hospitality rate 20% dari kasus aktif, masuk ICU 5%, fatality rate 1,8-3%. Omciron data di luar negeri hospitalisasi jauh lebih rendah, 1-4%. Masuk ICU berkisar di bawah 1% hingga 1%, rendah sekali,” ungkapnya.
Budi menambahkan, saat ini pasien yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 ada sekitar 7.000 orang. Kapasitas maksimal ada di kisaran 120.000-130.000.
Khusus di Jakarta, Budi menyebut ada sekitar 1.700-1.800 orang yang masuk fasilitas karantina. Kapasitas maksimal ada di kisaran 11.000.
“Masuk ke rumah sakit sebenarnya tidak perlu, yang masuk adalah kondisi sedang dan berat. Untuk gejala ringan seperti demam, batuk, saturasi oksigen di atas 95%, bisa dirawat sendiri di rumah.
“Tetap waspada, hati-hati, selalu jaga masker, hindari kerumuman. Kalau kerja di rumah ya di rumah saja, jangan terlalu banyak jalan-jalan. Kalau tertular, disiplin tinggal di rumah, minum vitamin. Kalau demam, minum obat untuk menurunkan panas. Insya Allah sembuh,” terang Budi.
Kabar baik lain datang dari AS. Laporan dari US Centers for Disease Control and Preventions (CDC) menyebut virus corona varian omicron tidak menyebabkan dampak separah varian delta.
Menurut laporan CDC, tingkat perawatan di ICU saat gelombang serangan omicron di Negeri Paman Sam saat ini sekitar 29% lebih rendah ketimbang musim dingin lalu. Dibandingkan saat gelombang serangan varian delta, tingkat perawatan di ICU lebih rendah 26%.
Nah, saat ini omicron adalah varian paling dominan di AS, menggeser delta. Varian dominan itu kini sudah lebih ‘jinak’, ancaman terhadap nyawa lebih kecil.
Selama periode 19 Desember 2021-15 Januari 2022, saat serangan omicron memuncak di AS, angka kematian rata-rata adalah sembilan orang per 1.000 kasus positif. Lebih sedikit ketimbang saat serangan varian delta yaitu 13 per 1.000 kasus positif.
“Tingkat keparahan yang lebih rendah kemungkinan besar disebabkan oleh cakupan vaksinasi yang kini lebih luas. Booster juga memberikan pertahanan lebih,” sebut laporan CDC.
Menurut CDC, kejadian ini tidak hanya dialami di AS. Afrika Selatan, Inggris, dan Skotlandia juga mengalami hal serupa.
Varian omicron yang kini menjadi varian dominan menjadi bukti awal bahwa Covid-19 makin lama akan makin ‘jinak’. Ini menjadi harapan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir dan statusnya mengalami ‘degradasi’ menjadi endemi.