Oleh : Abd. Murhan , R.SE
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan manusia, namun ironisnya, negara ini terjebak dalam lilitan hutang yang besar. Paradoks ini menimbulkan pertanyaan penting tentang pengelolaan kekayaan dan sumber daya negara. Sementara ekonomi tampak berjalan lancar bagi kelas menengah ke atas, realitas bagi sebagian besar penduduk sangat berbeda.
Ekonomi Hanya untuk Segelintir Orang
Manfaat ekonomi di Indonesia sebagian besar terkonsentrasi di antara kelas menengah atas, yang merupakan bagian kecil dari populasi. Kelompok ini menikmati kekayaan yang dihasilkan dari sumber daya alam yang melimpah, sementara sebagian besar penduduk, terutama mereka yang berada di kelas ekonomi bawah, seringkali dibohongi tentang kondisi keuangan negara. Mereka sering diberitahu bahwa negara memiliki hutang yang sangat besar, narasi yang digunakan untuk membenarkan berbagai kebijakan ekonomi dan langkah-langkah penghematan.
Kenyataan Pembangunan
Meskipun ada klaim tentang utang nasional yang besar, proyek-proyek pembangunan terus berlanjut, terutama yang menguntungkan kelas menengah dan atas. Contoh utama adalah pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang tetap berjalan sesuai rencana dan bahkan sudah diatur dalam undang-undang. Ini sangat kontras dengan pesan yang disampaikan kepada masyarakat tentang kesulitan keuangan negara.
Mismanajemen dan Kurangnya Transparansi
Kekayaan yang dihasilkan dari sumber daya alam Indonesia yang melimpah seolah-olah menghilang tanpa adanya penjelasan yang jelas tentang alokasinya atau dampaknya terhadap utang nasional. Pinjaman dan bantuan keuangan dari berbagai negara diterima, namun penggunaannya tetap tidak jelas. Mismanajemen dan kurangnya transparansi ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang komitmen pemerintah terhadap pembangunan yang adil dan keadilan ekonomi.
Siklus Hutang dan Narasi yang Menyesatkan
Pinjaman yang terus-menerus dan narasi tentang negara yang berhutang digunakan sebagai alasan yang nyaman bagi para pejabat. Siklus ini memperpetuasi kurangnya akuntabilitas, dengan setiap pemerintahan berturut-turut melempar tanggung jawab kepada penerusnya. Selama hampir satu dekade, terdapat kekurangan kejelasan dan fokus dalam kebijakan nasional pemerintah, dengan perhatian lebih banyak diberikan kepada kepentingan keluarga dan kelompok.
Ketimpangan Kekayaan dan Persepsi yang Menyesatkan
Jika Indonesia benar-benar miskin dan sumber dayanya tidak potensial, negara ini tidak akan mampu melakukan proyek besar seperti memindahkan ibu kota. Realitanya, Indonesia memiliki sumber daya keuangan yang besar, namun penipuan moneter terjadi secara luas. Masalah sistemik ini membuat warga negara rata-rata kesulitan, tidak dapat melihat manfaat dari kekayaan negara karena pemerintahan yang tidak efektif dan tidak jujur.
Seruan untuk Pemerintahan yang Jujur
Negara-negara yang mengelola sumber daya mereka dengan transparan dan jujur mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bagi warganya. Indonesia harus berusaha meniru contoh tersebut dengan memastikan bahwa manfaat dari kekayaan sumber daya yang melimpah didistribusikan secara adil. Narasi tentang utang nasional tidak boleh digunakan untuk menutupi ketidakefisienan dan korupsi. Pemerintah harus mengadopsi pendekatan yang lebih transparan dan bertanggung jawab dalam mengelola kekayaan negara.
Klaim bahwa Indonesia memiliki hutang besar adalah kebohongan besar. Negara ini memiliki sumber daya keuangan yang besar, namun sering kali salah kelola. Selama siklus ketidakjujuran ini berlanjut, warga negara rata-rata akan menanggung beban biaya hidup yang tinggi, subsidi yang minim, dan kesulitan ekonomi. Sangat penting bagi pemerintah untuk mengadopsi transparansi dan akuntabilitas untuk memastikan bahwa kekayaan Indonesia bermanfaat bagi semua warganya, bukan hanya segelintir orang yang beruntung.