Jakarta, Fusilatnews, Peluncuran dan bedah kitab “Bung Hatta dan Boven Digul: Ketika Seorang Menangis Padaku” karya Sastri Bakry diadakan di Aula Pos Gedung HB Yasin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, pada 3 Juli 2024 sore yang hujan. Acara ini diselenggarakan oleh Dispusip dengan Panitia Pipiet Senja dan menghadirkan panelis S. Maman Mahayana, seorang dosen dari Universitas Indonesia, serta dipandu oleh Pudji Isdriani, pimpinan Masyarakat Sastra Jakarta.
Dalam komentarnya, Maman S.M., yang dikenal sebagai aktivis sastra dengan pengalaman kritik sastra di berbagai negara, menyoroti fenomena maraknya puisi yang beredar di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Ia menyebut banyak penulis kini memanfaatkan fasilitas digital, yang menyebabkan banjir dan inflasi puisi. Maman menekankan pentingnya lomba puisi untuk membukukan karya-karya tersebut sehingga terhindar dari inflasi puisi yang tidak terkendali.
Maman juga menyoroti penggunaan puisi sebagai terapi, seperti yang diterapkan di Akademi Kepolisian (AKPOL) untuk menyembuhkan trauma. Metode ini digunakan untuk membantu mantan pensiunan yang mengalami gangguan dengan cara menulis puisi, membongkar memori, dan mencurahkan perasaan mereka.
Kitab Sastri Bakry ini, menurut Maman, menghadirkan pandangan kritis terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Maman menggarisbawahi pentingnya konteks dalam karya sastra, seperti puisi Taufik Ismail yang kehilangan maknanya jika diambil tanpa konteks pemberontakan PKI 1965.
Maman juga membahas sejarah Boven Digul, yang terkenal dengan kondisi lingkungannya yang keras seperti malaria dan rawa-rawa. Namun, tempat ini juga menjadi saksi perjuangan tokoh-tokoh seperti Syahrir dan Hatta yang ceritanya berdampak pada kemerdekaan Indonesia.
Penyair, menurut Maman, ditakdirkan untuk menyampaikan kebenaran dengan lugas dan hemat kata. Ia menyayangkan bahwa banyak sastrawan Indonesia lebih fokus pada urusan pribadi sehingga mengabaikan solusi sosial dan makna di balik peristiwa.
Dalam sambutannya, Tia, yang mewakili Diki Lulman H. sebagai pimpinan Dispusip Jakarta HB Yasin, mengatakan bahwa sosialisasi narasi terbaru dari kitab Bung Hatta ini memperdalam nilai kehidupan sastra yang komitmen. Ia menekankan pentingnya menilai sebuah kitab berdasarkan kedalamannya, bukan siapa tokoh pengantarnya.
Usai acara, para peserta undangan dipersilakan menjelajahi koleksi pustaka HB Yasin.
Salam Pancasila dan terus berjuang demi Tanah Air Bangsa dan NKRI tetap jaya serta sejahtera.