Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah sepanjang pekan ini. Rupiah senasib dengan mata uang utama Asia yang juga tidak berdaya di hadapan greenback.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.385/US$. Jadi sepanjang minggu ini rupiah melemah 0,14% terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
Namun rupiah tidak sendiri karena berbagai mata uang utama Asia pun bernasib sama. Yuan China melemah 0,18%, rupee India terdepresiasi 1,8%, won Korea Selatan melemah 1,66%, dolar Taiwan melemah 0,57%, baht Thailand melemah 0,74%, dolar Singapura melemah 0,46%, dan dolar Hong Kong melemah 0,06%.
Apa boleh buat, dolar AS memang terlalu kuat. Tidak hanya di Asia, tetapi juga di dunia.
Pekan ini, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback melawan enam mata uang utama dunia) menguat 1,96% ke posisi tertinggi sejak Mei 2020. Ini adalah penguatan mingguan tertinggi sejak April 2020.
“Cerita yang ada di pasar saat ini adalah pelarian ke aset aman (flight to safety). Perilaku ini seakan terjadi dalam semalam,” ujar Amo Sahota, Direktur di Klarity FX yang berbasis di San Francisco (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.
Penyebabnya adalah perang di Ukraina. Serangan Rusia ke negara tersebut sudah memasuki minggu kedua.
Pasukan Rusia berhasil mengusai pembangkit listrik bertenaga nuklir di Ukraina, yang menjadi yang terbesar di Eropa. Tentara Negeri Beruang Merah pun sudah mengepung kota Mariupol di sebelah tenggara Ukraina. Kepungan tentara Rusia membuat kota itu tidak lagi memiliki akses air bersih, listrik, dan makanan.
Perkembangan ini membuat investor benar-benar hanya bermain aman, enggan mengambil risiko. Oleh karena itu, aset aman (safe-haven) seperti dolar AS menjadi salah satu pilihan.
Sumber : CNBC