Jakarta – Fusilatnews – Sebuah potongan video yang memperlihatkan Ustaz Adi Hidayat (UAH) berbicara tentang kemiripan antara Al-Quran dan Bible dalam sebuah acara di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) telah viral, memancing diskusi publik yang luas. UAH, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, menjadi sorotan karena narasi dalam video tersebut dianggap menyamakan isi kedua kitab suci. Majelis Tabligh PP Muhammadiyah pun segera merilis klarifikasi resmi terkait video tersebut untuk menjelaskan konteks dialog lintas agama yang terjadi di acara tersebut.
Dalam rangkaian acara penyambutan mahasiswa baru UMRI, yang diikuti oleh lebih dari 2.400 peserta, UAH menyampaikan orasi ilmiah tentang pentingnya ilmu dalam membangun peradaban. Acara ini juga dihadiri oleh sekitar 180 mahasiswa non-Muslim dari total hampir 800 mahasiswa non-Muslim yang aktif di kampus tersebut. UAH memotivasi para mahasiswa untuk selalu menuntut ilmu, sekaligus memberikan penghargaan berupa hadiah kepada mahasiswa dengan prestasi luar biasa, seperti mereka yang fasih berbahasa Arab dan Inggris, atau yang menjadi penghafal (hafiz) Al-Quran. Selain itu, ia juga memberikan beasiswa penuh hingga lulus kuliah dan hadiah umrah gratis kepada orang tua mahasiswa terpilih.
Dalam salah satu sesi yang interaktif, UAH mengajak beberapa mahasiswa non-Muslim untuk naik ke panggung dan terlibat dalam dialog langsung. Secara spontan, ia mengundang tiga mahasiswa non-Muslim untuk membacakan hafalan dari kitab suci agama mereka. Salah satu mahasiswi bernama Marya membacakan kutipan dari Yohanes 3:16, yang berbunyi:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
UAH mengapresiasi Marya atas hafalannya dan kemudian merespons dengan menantang mahasiswa Muslim di auditorium untuk menyebutkan ayat Al-Quran yang membahas Isa atau Yesus Kristus dalam tradisi Islam. UAH mengarahkan perhatian audiens kepada Surah Maryam, ayat 31, yang berbunyi:
وَّجَعَلَنِىۡ مُبٰرَكًا اَيۡنَ مَا كُنۡتُۖ وَاَوۡصٰنِىۡ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمۡتُ حَيًّا
“Dan Dia menjadikan aku (Isa) seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”
UAH menjelaskan bahwa ayat ini mencerminkan bagaimana Nabi Isa dalam pandangan Islam adalah seorang yang diberkahi dan membawa kebaikan kepada manusia.
Selanjutnya, seorang mahasiswi non-Muslim lainnya menyebutkan ayat dari Matius 7:7, yang berbunyi:
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
UAH lalu merespons ayat tersebut dengan merujuk pada Surah Al-Baqarah, ayat 186 dalam Al-Quran, yang menyampaikan pesan serupa:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِىۡ عَنِّىۡ فَاِنِّىۡ قَرِيۡبٌ ۖ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ ۙ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِىۡ وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِىۡ لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
UAH lalu memberikan tafsirnya secara sederhana, “Mintalah kepada Allah, dan Dia akan mengabulkan. Ini menunjukkan kedekatan antara hamba dan Tuhan yang sama-sama diajarkan dalam berbagai agama, meski secara konseptual tetap berbeda.”
Klarifikasi Majelis Tabligh PP Muhammadiyah
Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dalam klarifikasinya menyatakan bahwa potongan video yang viral tersebut telah menyesatkan dan membingkai UAH seolah-olah menyamakan Al-Quran dengan Bible secara identik. Padahal, dalam ceramah aslinya, UAH hanya menunjukkan kemiripan pada makna di beberapa tema tertentu, seperti peran Nabi Isa sebagai penyebar kebaikan dan konsep Tuhan yang mengabulkan permohonan hamba-Nya.
“Diksi ‘mirip’ yang digunakan UAH bukan untuk menyamakan secara identik kedua kitab, tetapi menunjukkan bahwa ada nilai-nilai universal yang juga diajarkan oleh Islam dalam konteks yang berbeda,” demikian disampaikan oleh Majelis Tabligh. Mereka juga mengecam framing yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menyebarkan video tersebut, yang mengabaikan suasana dialog interaktif dan penuh penghormatan di antara mahasiswa Muslim dan non-Muslim dalam acara tersebut.
UAH dalam ceramahnya tidak pernah bermaksud untuk mengaburkan atau mencampuradukkan ajaran Al-Quran dan Injil, tetapi memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai pandangan Islam terhadap Nabi Isa. Majelis Tabligh juga menegaskan bahwa apa yang terjadi di acara tersebut adalah bentuk dialog akademis yang mengedepankan kerukunan dan saling memahami antarumat beragama.
Dengan klarifikasi ini, diharapkan publik tidak terpancing oleh narasi negatif yang disebarkan melalui video yang tidak lengkap tersebut, dan memahami konteks sebenarnya di balik dialog UAH dengan para mahasiswa non-Muslim di UMRI.