Hutan adalah lebih dari sekadar kumpulan pohon. Ia adalah rumah bagi ekosistem yang kompleks, paru-paru dunia yang menopang kehidupan dengan menyediakan oksigen, menyimpan karbon, dan menjaga siklus air. Hutan tropis Indonesia, sebagai salah satu yang terbesar di dunia, memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan iklim global. Namun, pernyataan dan rencana yang disampaikan oleh Presiden Prabowo dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, tentang pembukaan 20 juta hektare hutan untuk keperluan pangan dan energi, mengisyaratkan pemahaman yang dangkal terhadap fungsi hutan.
Greenpeace Indonesia telah memberikan peringatan keras terhadap rencana ini. Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Muhammad Iqbal Damanik, dengan tegas menyebutkan bahwa deforestasi dalam skala besar untuk alasan apapun adalah sebuah langkah yang salah kaprah. Salah satu fungsi utama hutan adalah menyimpan cadangan air, yang berperan penting dalam menjaga keberlanjutan pangan dan kehidupan. Dengan membabat hutan, kita justru menghancurkan solusi yang selama ini menopang kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
Dampak deforestasi sudah terlihat nyata di Indonesia. Banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan hilangnya akses terhadap pangan telah menjadi ancaman nyata yang dirasakan oleh masyarakat. Dalam konteks perubahan iklim global, tindakan seperti ini hanya akan memperburuk krisis yang sudah ada. Ketika hutan ditebang, karbon yang tersimpan dilepaskan ke atmosfer, mempercepat pemanasan global.
Di kancah internasional, rencana ini juga akan menuai protes keras. Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kehilangan hutan tidak hanya merusak lingkungan domestik tetapi juga memperburuk reputasi Indonesia sebagai salah satu pelopor perjanjian global untuk pelestarian lingkungan, seperti Kesepakatan Paris.
Selain kerusakan lingkungan, rencana pembukaan hutan seluas 20 juta hektare juga mengabaikan dampaknya terhadap masyarakat adat dan komunitas lokal. Hutan adalah sumber kehidupan bagi mereka. Hutan menyediakan makanan, obat-obatan, dan identitas budaya. Deforestasi yang masif hanya akan memperparah konflik lahan dan menggusur mereka dari tanah leluhur mereka.
Pemerintah, dalam hal ini Presiden Prabowo, seharusnya belajar dari sejarah. Kebijakan yang mengutamakan pembangunan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan ekosistem seringkali berujung pada bencana. Alih-alih mengorbankan hutan untuk pangan dan energi, pemerintah seharusnya mengembangkan solusi berkelanjutan seperti intensifikasi pertanian, pemanfaatan lahan marginal, dan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Prabowo harus memahami bahwa hutan adalah aset strategis bagi bangsa dan dunia. Menghancurkan hutan berarti menghancurkan masa depan. Jika pemerintah tetap melanjutkan rencana ini, maka mereka bukan hanya akan menghadapi protes masyarakat dalam negeri, tetapi juga kecaman internasional yang dapat berdampak buruk pada hubungan diplomatik dan ekonomi Indonesia.
Saat ini, dunia membutuhkan pemimpin yang memahami pentingnya keseimbangan ekologi, bukan hanya mereka yang memprioritaskan eksploitasi sumber daya alam untuk keuntungan jangka pendek. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam perlindungan lingkungan. Tapi langkah pertama yang harus diambil adalah menghentikan rencana deforestasi dan melindungi hutan yang tersisa. Hutan bukanlah sekadar aset ekonomi, melainkan nyawa kehidupan yang tidak tergantikan.