Satu hal yang paling ditakuti oleh Regime yang sedang berkuasa, adalah bila umat Islam bangkit, karena sadar akan keberadaannya sabagai majority. Pada sisi lain, system Demokrasi yang kita anut, justru Mahdzab Mayoritas yang kemudian melegitamasi kekuasaan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka rancana REUNI 212 yang akan datang, sudah barang tentu dipahami sebagai potensi untuk berhembusnya Puting Beliung Politik, dan atau gelombang tsunami politik, yang akan memporak porandakan agenda 2024 yang akan datang.
Dua orang yang takut kemudian bersatu, maka hilanglah rasa takut itu.
Beberapa issue yg memicu amarah umat adalah “keputusan Mahkaman Konstitusi bahwa UU Ciptakerja inkonstitusional”. Keputusan ini, membuka memori bagaimana kaum buruh, Bersama elemen masyarakat lainnya, berkuang untuk membatalkannya, yg kemudian menyebabkan terjadi banyak korban dan bahkan ada yg sampai mati. Sementara Sebagian dari tokoh-tokoh KAMI, juga telah dipenjarakan karena menentang UU Ciptakerja itu, yang statusnya ternyata inkonstitutional.
Dirkusus issue ini terus menghangat dikalangan elit intelektual kita dan para aktifis lainnya, yang menggelinding tidak terbendungkan dengan issue lainnya, seperti kinerja pemerintahan yg memburuk, dalam banyak hal.
Seperti biasa, dalam atmospir opini nasional seperti itu, maka menggelinding pula, ditemukan yang diduga terorist baru lagi, lalu disusul dengan diskusus Pembubaran MUI. Masih kurang puas dengan issu tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mengoyak-ngoyak issue Ulama dengan semiotika “mereka membangun image sacral sehingga umat terpaksa patuh”.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.