*FusilatNews* – Dalam arus kehidupan yang kian deras, kita sering kali kehilangan ruang untuk berhenti, merenung, dan bertanya: Apa makna semua ini? Buku “Serumpun Kearifan Hidup” hadir sebagai jeda yang menenangkan, sekaligus obor yang menyala di tengah kabut zaman. Ini bukan sekadar buku bacaan, melainkan sebuah percakapan lintas waktu dengan para pemikir besar dunia, dari Timur hingga Barat, dari masa lampau hingga kontemporer.
“Serumpun Kearifan Hidup” mengumpulkan serpihan-serpihan kebijaksanaan dari berbagai filsuf dunia — Plato, Rumi, Nietzsche, Confucius, Hannah Arendt, hingga Socrates dan Kierkegaard — yang dirangkai dalam satu taman pemikiran yang rimbun. Buku ini mengajak pembaca menyusuri beragam sudut pandang, bukan untuk mencari jawaban mutlak, tapi untuk membuka pintu-pintu perenungan baru.

Di antara lembarannya, pembaca akan menemukan benang merah: bahwa meskipun lahir dari kultur, bahasa, dan zaman yang berbeda, setiap filsuf sejatinya sedang menyanyikan lagu yang sama — lagu tentang kehidupan, cinta, penderitaan, harapan, dan makna keberadaan manusia.
Buku ini bukan hanya menyuguhkan kutipan-kutipan atau ringkasan teori. Ia adalah interpretasi, refleksi, dan penautan gagasan dalam konteks kekinian. Setiap bab menyajikan dialog imajiner antar filsuf, membandingkan, bahkan mempertentangkan gagasan, agar kita — sebagai pembaca modern — dapat ikut serta dalam percakapan itu.
Dalam dunia yang penuh distraksi dan kebisingan digital, “Serumpun Kearifan Hidup” adalah undangan untuk diam sejenak, membaca dengan jiwa, dan berjalan bersama para pemikir dalam lorong-lorong sunyi filsafat. Ia tidak menggurui, tidak menghakimi, hanya menyuguhkan. Seperti taman yang tak menuntut kita untuk memetik semua bunga, tapi memberi kita kebebasan memilih mana yang ingin kita simpan dalam hati.
Bagi siapa pun yang mencari meaning di balik rutinitas, atau ingin memahami kehidupan lebih dalam dari sekadar permukaannya, buku ini adalah teman perjalanan yang setia.