Oleh : Damai Hari Lubis – Aktifis Mujahid 212.
Kasus yang melibatkan Tom Lembong kembali mencuat dalam wacana hukum Indonesia, memancing tanggapan kritis dari berbagai pihak, termasuk Habiburokhman, politisi Gerindra. Dalam pandangan Habiburokhman, penanganan kasus Lembong sarat dengan unsur yang dirasa sumir atau kurang substansial secara hukum. Selain itu, ia menyoroti potensi eksploitasi kasus ini sebagai upaya politik untuk melemahkan posisi Prabowo Subianto, Presiden RI, yang juga merupakan tokoh sentral dalam Partai Gerindra. Kritik ini menggambarkan kekhawatiran akan penggunaan hukum sebagai alat politik untuk menimbulkan keresahan di masyarakat, bahkan berpotensi memicu skenario yang lebih besar seperti upaya impeachment.
Konteks Kasus dan Tudingan Politisasi Hukum
Tom Lembong, yang dikenal sebagai mantan pejabat dengan posisi penting pada era pemerintahan sebelumnya, dikaitkan dengan kasus yang dinilai memiliki relevansi hukum terbatas. Kasus ini kemudian dijadikan perhatian karena mencuatnya isu bahwa pihak-pihak tertentu, termasuk di antaranya politisi dan pejabat yang terkait dengan rezim lama, mungkin berusaha memanfaatkan jalur hukum untuk mencapai agenda politik terselubung. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang apakah kasus ini disiapkan sedemikian rupa untuk menjebak atau memperkeruh reputasi Prabowo Subianto dan memperlemah kepercayaan publik terhadap dirinya.
Habiburokhman menyatakan bahwa jika benar ada skenario semacam itu, maka Gerindra perlu berhati-hati terhadap pejabat-pejabat yang memiliki kedekatan dengan pemerintahan sebelumnya. Hal ini penting untuk menghindari potensi penyalahgunaan jabatan mereka yang bisa berdampak negatif bagi koalisi saat ini. Dalam posisinya sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo adalah bagian integral dari pemerintahan Jokowi, sehingga segala tindakan atau kebijakan yang melibatkan pejabat tinggi akan berimplikasi langsung pada kredibilitas pemerintah secara keseluruhan.
Potensi Upaya Menjerat Prabowo secara Hukum
Habiburokhman juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa kasus Lembong bisa menjadi awal dari upaya untuk menjatuhkan Prabowo melalui langkah-langkah hukum. Dalam perspektif hukum, tuduhan atau penyidikan terhadap seseorang yang berstatus pejabat negara, apalagi yang memiliki peran sentral seperti Prabowo, dapat menciptakan dampak besar bagi stabilitas politik. Apabila kasus ini benar-benar berkembang hingga mengarah pada posisi Prabowo, maka publik bisa mempertanyakan transparansi hukum dan keadilan dalam proses tersebut.
Lebih lanjut, jika kasus ini benar dimaksudkan sebagai upaya politis untuk menggoyang posisi Prabowo, maka ini dapat menjadi bukti bahwa hukum telah menjadi alat untuk mencapai kepentingan politik tertentu. Ini membawa risiko besar terhadap prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya adil dan objektif, bukan sekadar alat untuk kepentingan kekuasaan.
Dampak Terhadap Pemerintahan dan Potensi Impeachment
Selain memperingatkan bahaya potensi penyesatan opini publik, kritik Habiburokhman menyoroti risiko lebih besar: skenario impeachment atau upaya untuk menggerakkan publik dalam rangka melemahkan pemerintahan Jokowi dari dalam. Jika skenario ini benar-benar terjadi, maka kasus Lembong dapat menjadi semacam pintu masuk bagi kelompok tertentu untuk menciptakan kegaduhan yang lebih luas di tingkat nasional. Hal ini bisa mengancam stabilitas politik, karena berbagai pihak yang beroposisi dapat memanfaatkan momen ini untuk membangun narasi bahwa Prabowo dan Gerindra tak lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, menciptakan ketidakpercayaan di kalangan pendukung dan rakyat secara umum.
Pentingnya Koordinasi dan Transparansi di Lingkungan Pemerintah
Dalam konteks ini, harus menggarisbawahi pentingnya koordinasi dan transparansi di antara pejabat pemerintah untuk menghindari miskomunikasi atau potensi manipulasi hukum. Mengingat sensitivitas isu yang melibatkan tokoh-tokoh politik, Presiden selaku pemimpin tertinggi kabinet perlu memastikan bahwa setiap langkah hukum yang diambil terhadap pejabat tinggi, seperti Tom Lembong, harus dilakukan dengan integritas dan kehati-hatian yang tinggi.
Kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah hanya bisa terjaga apabila proses hukum dilaksanakan secara transparan dan objektif. Pemerintah juga harus lebih terbuka dalam menyampaikan informasi terkait dengan penyelidikan atau dugaan kasus agar tidak memunculkan spekulasi atau persepsi bahwa hukum sedang digunakan untuk kepentingan politik.
Kesimpulan: Keseimbangan Hukum dan Politik dalam Negara Demokrasi
Kasus ini mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara penegakan hukum dan kepentingan politik dalam negara demokrasi. Di satu sisi, hukum harus ditegakkan secara adil tanpa memandang siapa yang terlibat. Namun, di sisi lain, pemerintah juga harus waspada terhadap kemungkinan penyalahgunaan hukum untuk tujuan politis yang bisa merusak kepercayaan publik dan stabilitas politik nasional.
Kritik Habiburokhman terhadap penanganan kasus Tom Lembong merupakan seruan untuk waspada dalam menghadapi potensi politisasi hukum. Gerindra dan pemerintahan Jokowi harus menjamin bahwa jalannya hukum tetap netral dan bebas dari kepentingan politik agar Indonesia dapat mempertahankan demokrasi yang sehat dan adil bagi semua.