Manusia yang sehat jiwaraganya dan terbaik diantara yang baik yaitu yang menenuhi syarat fisik dan mental idiologinya dengan sukarela mengikatkan dirinya kedalam kedinasan Institusi Pertahanan dan Keamanan serta siap sedia berbhakti kepada negara dan bangsanya dengan cara memanggul senjata disebut Tentara, merekalah yang tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi negara yang profesional, tanggap, tanggon dan trengginas serta harus mampu berfikir kritis disaat kritis, menciptakan solusi disaat genting dengan cara dinamis serta bijak dalam melindungi seluruh anak bangsa dan kedaulatan serta stabilitas IPOLEKSOSBUDHANKAM dengan kewenangannya untuk mengAWAKI senjata dan bukan manusia yang berseragam serta dipersenjatai saja.
Di Negara Kesatuan Republik Indonesia manusia yang mampu mengawaki senjata itu adalah mereka yang disebut TNI = Tentara Nasional Indonesia yang Setia dan menepati Janji serta Sumpah Prajurit dengan kehidupan yang bersendikan PANCASILA, SAPTA MARGA dan 8 WAJIB TNI.
Namun tragisnya nasib Prajurit TNI khususnnya kelas Bintara dan Tamtama terkadang SORO (repot) karena harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Gaji dan Fasilitasnya apalagi kesempatannya tidak mampu memberinya kelas pada tingkatan ekonomi dihadapaan umum, perannya sebagai Alat Pertahanan yang berat dan sangat menyibukan serta seringnya DIADU-ADU KETABAHAN dalam menjalankan tugas mempertahankan Terirorial dan Kedaulatan negara tak memberinya ruang dan waktu lagi memikirkan kesejahteraan keluarganya, mereka selalu dituntut hidup sederhana dan berlapang dada menerima keadaan demi mengutamakan tugas serta tanggung jawabnya kepada negara dan bangsa.
Tak seperti Aparat bukan Tentara mendapatkan anggaran luar biasa, naik pangkatnyapun mudah, gaji dan pasilitasnya wah, kesempatan-kesempatan berkarir dapat lahan dinas ditempat-tempat yang basah dengan SK dan Senjatanya plus hak Diskresi yangvtak terbatas, seperti mencibir pada nasib para SORODADU.
Seharusnya para TENTARA itu mendapatkan anggaran cukup agar mampu menunjang performa tugas dan tanggung jawabnya secara maximal, mereka yang bertaruh nyawa, tunduk dan ta’at pada perintah kedinasan janganlah disia-siakan apalagi dianak tirikan dengan anggaran terkecil yang mesti dicabik-bacik oleh 3 Angkatan dan 2 Institusi (Departemen Pertahanan dan MABES TNI) sehingga fasilitas dan layanan seperti kurang memadai bahkan terlihat SORO bila terkesan anak tiri karena tak punya PRIDE dan Kebanggan lain selain Wing yang mengkilap dan berderet menempel didada tapi tak laku dijual untuk membeli bangga bahkan tak membuat bahagia keluarga.
Ketika seorang Tentara aktif yang bertugas dituntut dedikasi yang tinggi dan harus menjunjung tinggi DISIPLIN, HIERARKI serta KEHORMATAN Militer dalam setiap langkah dalam pengabdiannya namun dirinya merasa tidak punya PRIDE dan atau bahkan tanpa penghargaan yang pantas maka yang terjadi adalah penurunan mental dan control emosional, bukan hanya merasa rendah diri tapi juga merasa iri bahkan mudah melakukan aksi-aksi yang tak terkendali atau indisipliner, itulah sebabnya banyak oknum tentara yang mudah terorovokasi rasa ultra esprite de corp yang mudah membara.
Tentara Nasional Indonesia jelaslah bukan Robot Humanoid yang disiplin mati yang hidup dan matinya by program sang komandan atau Panglima Tertingginya, mereka adalah Tentara yang sangat Humanis dengan Belief System yang kuat yang didasari Idiologi dan keyakinannya, mereka akan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aksinya, mereka orang-orang yang hebat dan siap mengabdi sekuat tenaga dan fikirannya untuk negerinya bahkan siap korbankan nyawanya demi Kedaulatan, kejayaan dan Marwah Negara serta Bangsanya.
Jadi Tentara seharusnya bukanlah SORODADU yang SORO dan mudah diadu-adu karena ia adalah sosok Humanis sejati yang takan pernah ingkari janji dan pastinya bukan ROBOT HUMANOID yang mudah dikondisikan dan atau bahkan dikorbankan PETINGGInya yang haus dan korup akan kendali negeri.
Jayalah TNI
Oleh : Noto Rogo