Retret kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil) Magelang, yang dimulai pada Kamis, 24 Oktober 2024, tampaknya menjadi langkah strategis Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat kohesi dan kerja sama tim di antara para menteri, wakil menteri, dan kepala badan pemerintahan. Langkah ini tentu saja memberikan suasana yang berbeda bagi para pejabat pemerintahan, membawa mereka keluar dari suasana kerja birokrasi yang formal dan menghadirkan suasana disiplin militer, lengkap dengan pendekatan “Yes Sir” yang menjadi doktrin khas di lingkungan militer.
Menurut Menteri Kehutanan Raja Juli, hari pertama retret ini diisi dengan acara yang cukup santai. Para anggota kabinet hanya melakukan makan malam bersama sambil berbincang santai dan mempererat silaturahmi. Tidak ada agenda khusus, selain menikmati suasana yang akrab sebelum agenda resmi dimulai keesokan harinya. Pada hari Jumat, 25 Oktober 2024, para anggota kabinet diharapkan mengikuti pengarahan langsung dari Presiden Prabowo, dengan fokus utama pada pembekalan kerja sama tim yang baik.
Raja Juli juga menambahkan bahwa tidak ada persiapan yang rumit untuk kegiatan ini. Para peserta hanya diimbau untuk beristirahat dengan cukup agar siap menghadapi kegiatan esok hari. Mengingat agenda ini disiapkan oleh seorang mantan jenderal militer seperti Prabowo Subianto, aspek kedisiplinan dan ketegasan sangat ditekankan. Bahkan, membawa buku catatan dan pulpen untuk mencatat poin-poin penting dari pengarahan dianggap sebagai hal yang wajib. Ini menunjukkan bahwa sesi retret bukanlah sekadar pertemuan santai, melainkan kesempatan untuk memfokuskan kembali visi, memperkuat koordinasi, dan menekankan pentingnya kedisiplinan.
Namun, di balik kesan ringan dari acara ini, tersembunyi aspek penting dari disiplin militer yang mengakar di Akmil Magelang. Retret ini bukan sekadar pertemuan biasa. Menghadirkan para pejabat di lingkungan militer tentu menyiratkan sebuah pesan bahwa loyalitas dan kepatuhan pada hirarki adalah nilai utama yang diharapkan dalam kerja sama tim. Doktrin “Yes Sir” yang mewarnai kehidupan di Akmil bukan hanya diterapkan pada tingkat operasional, tetapi juga memengaruhi cara berpikir dan bertindak, yang secara simbolis dapat berarti bahwa seluruh anggota kabinet—bahkan tokoh akademisi sekaliber Prof. Yusril—harus menyesuaikan diri dengan sistem yang ada, termasuk tunduk pada otoritas Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, jika diperlukan.
Tentu, keputusan membawa para pejabat tinggi ke Akmil Magelang adalah langkah yang cerdas dari seorang pemimpin militer seperti Prabowo. Dengan menempatkan mereka dalam lingkungan di mana kedisiplinan dan kepatuhan adalah hal yang tak bisa ditawar, ia ingin memastikan bahwa seluruh anggota kabinet memiliki mentalitas serupa dalam bekerja sebagai sebuah tim. Kolaborasi dan loyalitas menjadi tema utama dalam agenda retret ini, sejalan dengan prinsip militer yang menekankan pentingnya kerja sama tim yang solid.
Dalam konteks politik, retret ini juga dapat dilihat sebagai upaya mempererat kesatuan di kabinet yang mungkin terdiri dari berbagai latar belakang partai dan ideologi. Prabowo menyadari pentingnya kerja sama lintas sektoral dalam menghadapi tantangan negara. Dengan memboyong mereka ke Magelang, ia seolah ingin menegaskan bahwa tim ini harus bergerak dalam satu komando, satu visi, dan satu misi yang sama, mirip dengan pola kepemimpinan militer di mana semua keputusan diambil secara terpusat dan dieksekusi dengan efisien.
Namun, tidak bisa diabaikan pula nuansa politik yang lebih halus. Kehadiran Wakil Presiden Gibran dalam skema kekuasaan ini menjadi perhatian, terutama karena beberapa tokoh besar seperti Prof. Yusril harus menyesuaikan diri dengan dinamika baru ini. Pengaruh militerisme dalam politik, yang diterjemahkan dalam konsep “Yes Sir” dan disiplin, menandai era baru kepemimpinan yang lebih tegas namun juga menuntut loyalitas tanpa syarat dari semua pihak.
Pada akhirnya, retret di Akmil Magelang ini bukan hanya soal meningkatkan kerja sama tim, tetapi juga soal membangun kembali semangat kedisiplinan dan kepatuhan dalam struktur pemerintahan. Dengan latar belakang militer yang kuat, Prabowo tampaknya ingin membangun kabinet yang tangguh, solid, dan mampu bergerak cepat dalam menghadapi tantangan negara, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kedisiplinan dan loyalitas yang telah menjadi ciri khas dirinya.