Doha – Fusilatnews – Drone bikinan Amerika Serikat dihargai hingga US$ 41 juta per unit. Tapi Iran? Negeri yang sudah lama digempur sanksi ekonomi itu berhasil memproduksi drone sejenis dengan harga hanya US$ 41 ribu—seribu kali lebih murah, tapi tak kalah mematikan.
Kondisi ini membuat mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meradang sekaligus kagum. Dalam kunjungan diplomatiknya ke Qatar, Kamis lalu, Trump mengaku telah memerintahkan perusahaan pertahanan AS untuk memproduksi pesawat nirawak dengan harga dan kemampuan setara produk Iran.
“Saya bilang ke salah satu perusahaan pertahanan, ‘Saya butuh banyak drone. Iran bikin yang bagus, dan mereka buat seharga US$ 35 ribu sampai US$ 40 ribu,’” kata Trump, sebagaimana dilansir Al Jazeera. “Dua minggu kemudian mereka datang membawa desain drone seharga US$ 41 juta! Saya bilang, ‘Bukan itu yang saya maksud. Empat puluh satu juta?!’”
Trump berharap Amerika bisa memproduksi drone murah dalam jumlah massal, dengan performa tempur dan kecepatan tinggi, seperti yang dikembangkan Teheran. Namun, impian itu belum juga terwujud.
Iran, meski dibelit embargo dan tekanan ekonomi sejak era Presiden George W. Bush, justru melesat dalam pengembangan teknologi militer domestik. Salah satu buktinya adalah armada drone canggih seperti Shahed-136 dan Mohajer-6 yang bisa menjelajah hingga ribuan kilometer, digunakan untuk pengintaian sekaligus serangan presisi.
Keunggulan teknologi itu tak hanya meningkatkan kapabilitas militer Iran di Asia Barat, tapi juga membuat para pesaingnya—termasuk Israel dan AS—mengencangkan ikat pinggang. Produk drone Iran bahkan telah diekspor ke beberapa negara mitra, termasuk Rusia yang diduga menggunakannya dalam konflik di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataan resmi menyebut ucapan Trump soal Iran sebagai bentuk “distorsi realitas” dan “pengalihan isu” atas kekacauan yang justru dipicu kebijakan luar negeri AS di kawasan Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa Teheran tak menutup pintu dialog, asalkan sanksi dicabut lebih dulu. “Kami siap membangun kepercayaan dan transparansi atas program nuklir kami, asal sanksi dicabut,” katanya.
Sementara itu, Presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian, menuding Amerika bersikap hipokrit. “Trump pikir dia bisa memberi sanksi, mengancam, lalu duduk santai bicara soal hak asasi manusia. Semua kekacauan di kawasan ini akibat kebijakan orang-orang seperti dia,” ucap Pezeshkian dalam pidato terbarunya.
Iran, kata dia, tak sedang mencari perang. “Kami menginginkan perdamaian yang berlandaskan rasa saling menghormati, baik terhadap bangsa kami sendiri maupun terhadap para tetangga kami.”
Dengan sanksi atau tanpa sanksi, Iran tampaknya tetap melaju. Bukan dengan anggaran jumbo, tapi dengan strategi mandiri dan efisien—yang bahkan membuat negara adidaya menganga.
Sumber: Al Jazeera, Fusilatnews