Jakarta – FusilatNews – Kebijakan pemerintah terkait harga elpiji dan pengendalian subsidi LPG berdampak pada kelangkaan LPG 3 kilogram atau gas melon. Hal ini terjadi setelah pemerintah menerbitkan peraturan yang melarang penjualan LPG oleh pengecer dan pedagang kelontong di lingkungan perumahan. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses LPG 3 kg, yang kemudian memicu kegaduhan.
Kebijakan ini bertujuan memastikan distribusi LPG 3 kg tepat sasaran, khususnya bagi rumah tangga berpenghasilan rendah, usaha mikro, petani, dan nelayan. Namun, implementasinya di lapangan justru menimbulkan kekacauan. Banyak warga yang sebelumnya mengandalkan pengecer kini harus mencari pangkalan resmi, yang lokasinya tidak selalu mudah dijangkau.
Selain itu, pembelian gas elpiji kini mensyaratkan penggunaan KTP dan memastikan data pembeli terdaftar dalam database pemerintah, seperti P3KE dan DTKS. Namun, setelah menuai kritik, kebijakan ini akhirnya dibatalkan.
Sebagai perbandingan, harga gas elpiji di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, saat ini berkisar Rp 20.000 untuk tabung isi 3 kg. Harga gas melon ini dapat dibandingkan dengan harga gas elpiji di negara tetangga, Malaysia. Seperti halnya di Indonesia, harga elpiji di Malaysia juga mendapat subsidi pemerintah. Bedanya, jika di Indonesia gas subsidi tersedia dalam tabung 3 kg, di Malaysia subsidi diberikan untuk tabung berukuran lebih besar.
Mengutip laman MyMesra, situs resmi penjualan ritel dan produk hilir milik Petronas, terdapat dua jenis tabung gas elpiji subsidi di Malaysia, yakni ukuran 12 kg dan 14 kg. Per Februari 2025, harga tabung gas elpiji 12 kg di Malaysia adalah RM 22,8 atau sekitar Rp 83.670 (menggunakan kurs Rp 3.670 per RM). Ini berarti harga per kilogramnya sekitar Rp 6.972. Sementara itu, harga tabung gas elpiji 14 kg dibanderol RM 26,6 atau setara dengan Rp 97.616, dengan harga per kilogram yang sama.
Sebagai perbandingan, harga rata-rata eceran tabung LPG subsidi di Indonesia adalah Rp 20.000 untuk tabung isi 3 kg, atau sekitar Rp 6.666 per kilogram. Adapun harga elpiji non-subsidi (Bright Gas) yang dijual Pertamina berkisar Rp 92.000 untuk tabung 5,5 kg dan Rp 194.000 untuk tabung 12 kg, yang bisa lebih mahal di beberapa daerah.
Baca juga: DPR Akan Panggil Pertamina Bahas Dampak Larangan Pengecer Jual Elpiji 3 Kg
Dari sisi harga, LPG subsidi di Indonesia dan Malaysia tidak jauh berbeda. Namun, daya beli masyarakat di kedua negara sangat kontras. Dengan pendapatan per kapita Malaysia yang jauh lebih tinggi, kemampuan masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti gas elpiji lebih baik dibandingkan Indonesia. Pada 2024, pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan mencapai 4.469 dolar AS, sedangkan Malaysia mencapai sekitar 12.253 dolar AS. Selain itu, tidak seperti di Indonesia, Malaysia tidak menerapkan pembatasan pembelian gas elpiji bersubsidi yang diedarkan oleh Petronas.