Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Jakarta – Bahlul ente! Dialek kombinasi Arab-Betawi yang dipopulerkan Fuad Alkhar yang berperan sebagai Wan Abud dalam sinetron “Putri Duyung” (1999-2004) itu kini seperti terngiang kembali. Terutama setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengambil kebijakan yang boleh dibilang “gila” (bahlul).
Ya, per 1 Februari 2025, Bahlil melarang toko kelontong atau pedagang eceran menjual liquid petroleum gas (LPG) atau elpiji kemasan tabung 3 kilogram. Yang berhak menjual gas melon itu hanya agen dan pangkalan resmi Pertamina.
Sontak, gas melon susah didapat. Terjadi kelangkaan dan antrean panjang di masyarakat. Bahkan sampai makan tumbal. Seorang nenek 62 tahun bernama Yonih binti Saman meninggal dunia usai antre beli gas melon di Tangerang Selatan, Banten.
Senin (3/2/2025) malam, Presiden Prabowo Subianto langsung membatalkan kebijakan Bahlil yang bahlul itu. Keesokan harinya, Selasa (4/2/2025), Bahlil langsung dipanggil Prabowo untuk menghadap di Istana.
Lalu, apa yang dikatakan Prabowo kepada Bahlil? Hanya mereka berdua yang tahu.
Hanya saja, usai bertemu bosnya itu, Bahlil menyatakan kebijakan penghapusan pedagang gas eceran itu bukan kebijakan Prabowo. Artinya, sebelum mengambil kebijakan krusial itu Bahlil tak berkonsultasi dahulu dengan Presiden.
Bahlil pun melakukan insubordinasi terhadap Presiden. Ataukah memang Ketua Umum Partai Golkar itu hendak melakukan sabotase terhadap Prabowo?
Jamak diketahui, Bahlil adalah orang dekat Presiden ke-7 RI Joko Widodo. Bahkan Bahlil pula yang menakut-nakuti agar elite-elite politik jangan berani-berani kepada Jokowi yang ia analogikan sebagai Raja Jawa.
Sebaliknya, demi Bahlil naik ke kursi Beringin-1, Jokowi harus mengintimidasi Airlangga Hartarto agar mundur dari jabatan Ketua Umum Golkar.
Kini, Bahlil patut diduga sedang menjalankan misi dari Jokowi. Salah satunya dengan melarang penjualan gas melon oleh pegadang eceran itu yang tanpa didahului koordinasi dengan Prabowo.
Sebab itu, Prabowo harus berhati-hati. Di kabinetnya ada matahari kembar. Banyak menteri yang memiliki loyalitas ganda. Banyak menteri yang bermain dua kaki: satu kaki di Prabowo, kaki lainnya di Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak sulung Jokowi.
Termasuk Sakti Wahyu Trenggono. Menteri Kelautan dan Perikanan ini sempat menentang pencabutan pagar laut ilegal sepanjang 30,16 kilometer di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, yang menyengsarakan nelayan.
Bisa jadi apa yang mereka lakukan itu untuk melancarkan misi Jokowi di satu sisi, dan di sisi lain menggembosi pemerintahan Prabowo supaya citranya buruk di mata rakyat.