Yogyakarta – Fusilatnews – Meninggalnya pemain bulutangkis asal China, Zhang, saat bertanding di BNI Badminton Asia Junior Championships (BAJC) 2024 di GOR Amongrogo, Kota Yogyakarta, mencerminkan buruknya penanganan kondisi darurat dalam event tersebut.
Zhang meninggal dunia setelah sempat dibawa ke rumah sakit RSPAU Dr. S. Hardjolukito, dan ditransfer ke RSUP Dr. Sardjito. Humas dan Media Panitia Pelaksana BNI Asia Junior Championships, Broto Happy, membela diri terkait buruknya layanan medis dalam kondisi darurat. Ia mengatakan bahwa penanganan Zhang di arena pertandingan oleh tim medis dilakukan setelah referee (wasit turnamen) mengizinkan, sesuai dengan standar operating procedure (SOP).
Namun, adanya jeda waktu dalam melakukan pertolongan pertama mengakibatkan hilangnya nyawa Zhang, sebuah kebodohan yang sulit diterima. Dalam kondisi darurat, seharusnya SOP bisa diabaikan jika ada risiko hilangnya nyawa seseorang.
“Tim medis dan dokter turnamen segera masuk untuk memberikan pertolongan pertama setelah call dari referee. Ini merupakan aturan sesuai SOP dan guidelines yang berlaku di setiap turnamen bulutangkis internasional dari BWF dan Badminton Asia,” kata Broto di KONI DIY, Kota Yogyakarta, Senin (1/7/2024).
Setelah semua terlambat dalam memberikan pertolongan pertama, dokter turnamen memutuskan untuk melarikan Zhang ke rumah sakit rujukan yakni RSPAU Dr. S. Hardjolukito. Lokasi pertandingan dengan rumah sakit pun berjarak 4,7 kilometer dengan durasi tempuh 10 menit.
“Hanya memerlukan waktu satu menit 20 detik pada saat dokter pertama kali masuk lapangan hingga memutuskan untuk segera dibawa ke ambulans,” jelasnya.
Broto menambahkan, pemilihan RSPAU Dr. S. Hardjolukito sebagai rumah sakit rujukan sudah sesuai dengan rekomendasi Badminton Asia terkait jarak dan fasilitas yang tersedia. Bahkan, hal ini juga sudah dicantumkan dalam prospektus dan disetujui oleh referee.
Di UGD RSPAU Dr. S. Hardjolukito, Zhang dilakukan asesmen dan ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada nafas spontan, sehingga dilakukan prosedur pertolongan medis pijat jantung luar yang disertai dengan alat bantu nafas selama tiga jam.
“Korban tidak menunjukkan respons sirkulasi spontan dan mulai timbul tanda kematian sekunder,” ucap Broto.
Tim medis menyatakan korban meninggal dunia pukul 20.50 WIB kepada pihak ofisial tim Cina. Ofisial tim Cina kemudian meminta Zhang ditransfer ke RSUP Dr. Sardjito untuk kemungkinan dilakukannya tata laksana lebih lanjut.
“Korban tiba di Sardjito dalam kondisi tidak ada nafas, tidak ada nadi disertai dengan tanda kematian sekunder,” jelasnya.
Meski tim dokter Sardjito tetap melakukan tindakan resusitasi jantung paru selama 1,5 jam, tidak ada respon sirkulasi spontan. Tindakan pijat jantung luar dihentikan pukul 23.20 WIB setelah dilakukan penjelasan kepada ofisial tim Cina. Kesimpulan pemeriksaan dan penanganan korban menunjukkan hasil yang sama, yaitu korban mengalami henti jantung mendadak.