Oleh: Hermanto Tanjung, Ketua Presidium KAHMI Rayon Unkris
JAKARTA – Tepat pada 5 Februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan oleh Lafran Pane. Kini, pada 5 Februari 2025, organisasi ini memasuki usia ke-77 tahun. Sejak kelahirannya, HMI telah berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan terus berkontribusi dalam pembangunan umat, bangsa, dan negara.
Sebagai organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia, HMI telah melahirkan kader-kader keumatan dan kebangsaan, bahkan banyak di antaranya yang menjadi negarawan. Para alumni HMI berhimpun dalam organisasi Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) sebagai wadah untuk melanjutkan cita-cita HMI dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mewujudkan cita-cita nasional.
Dengan basis intelektualitas yang kuat, alumni HMI terus mengembangkan peran dalam berbagai sektor pembangunan di Indonesia. Mereka aktif dalam meningkatkan kecerdasan umat melalui pendidikan serta berupaya memberantas kemiskinan. Tidak mengherankan jika kader HMI tersebar di berbagai sektor profesional, baik di instansi pemerintah, politik, akademik, bisnis, organisasi masyarakat sipil, hingga lembaga keagamaan. Semua itu dilakukan demi mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur.
Namun, luasnya spektrum penyebaran kader HMI dalam berbagai bidang juga membawa konsekuensi berupa perbedaan pandangan dan sikap, yang kerap berujung pada konflik internal. Meski demikian, perbedaan tersebut dipandang sebagai bagian dari dinamika organisasi. Dengan pendekatan komunikatif dan dialogis, problematika yang muncul dapat diselesaikan secara konstruktif. Prinsip saling asah, saling asuh, dan saling asih menjadi kekuatan utama dalam menjaga persatuan dan soliditas kader HMI.
Di lingkungan kampus, HMI juga menghadapi tantangan dalam persaingan kaderisasi serta suksesi kepemimpinan di organisasi intra kampus. Gesekan dengan organisasi lain—baik intra maupun ekstra kampus—tidak dapat dihindari. Namun, dengan sistem kaderisasi yang unik dan terstruktur, HMI senantiasa tampil elegan dalam menyelesaikan berbagai problematika kampus.
Dinamika organisasi ini juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Kondisi masa lalu jelas berbeda dengan era modern saat ini, di mana geopolitik, geostrategis, dan digitalisasi menjadi tantangan baru bagi kader HMI dan KAHMI. Lima karakter insan cita HMI—insan akademis, pencipta, pengabdi, keislaman, dan bertanggung jawab—perlu beradaptasi agar tetap relevan dalam menghadapi perubahan global. Dalam konteks ini, KAHMI memiliki peran penting untuk mendorong peningkatan kualitas dan kapasitas kader agar lebih arif dalam merespons dinamika zaman.
Dalam momentum peringatan ulang tahun ke-77 HMI ini, ada beberapa catatan penting bagi HMI dan KAHMI dalam menyongsong Indonesia Emas. Pertama, terus melakukan kaderisasi secara berkelanjutan. Kedua, memperkuat konsolidasi antara kader HMI dan tokoh KAHMI guna menjaga keutuhan organisasi meski peran yang dijalankan berbeda. Ketiga, menjalin kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat umat, bangsa, maupun negara. Keempat, berkhidmat bersama dalam mewujudkan Indonesia Emas dan mencapai cita-cita nasional.
Sebagai organisasi yang telah mengakar selama lebih dari tujuh dekade, HMI diharapkan dapat terus memainkan peran strategisnya dalam membangun bangsa. Dengan semangat intelektual, keislaman, dan kebangsaan, HMI dan KAHMI memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal perjalanan Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.