Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)

Jakarta, Fusilatnews – Entah kapan kali pertama Presiden Joko Widodo mengucap kata “cawe-cawe”. Yang jelas, diksi atau kosa kata tersebut sempat viral bahkan menjadi “top trending” di platform X, sebelumnya Twitter, menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Kini, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan digelar serentak di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota di seluruh Indonesia pada 27 November mendatang, kosa kata “cawe-cawe” kembali viral.
Cawe-cawe adalah kosa kata dalam bahasa Jawa yang kemudian menjadi unsur serapan dalam bahasa Indonesia. Cawe-cawe bisa berarti “ikut serta dalam menangani sesuatu”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cawe-cawe berarti “ikut membantu mengerjakan, membereskan, merampungkan, atau ikut menangani.”
Cawe-cawe dalam bahasa gaul kekinian adalah “kepo” atau mau tahu urusan orang lain, atau ikut campur urusan orang lain. Jokowi diyakini akan kepo pada Pilkada 2024.
Adalah Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Alhabsyi yang mengungkit ihwal cawe-cawe Jokowi. Kali ini terkait Pilkada 2024. Menurut Aboe, Jokowi menyodorkan nama Kaesang Pangarep, putra bungsunya, kepada parpol-parpol, termasuk PKS untuk diusung di Pilkada Jakarta 2024. Sontak, kata cawe-cawe pun langsung viral kembali.
Namun, klaim Aboe Bakar tersebut dibantah oleh elite-elite parpol koalisi pendukung Jokowi. Juga dibantah pihak Istana, baik melalui Staf Khusus Presiden, Grace Natalie, maupun Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.
Ironisnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Nasdem yang pada Pilpres 2024 mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden, yang berarti berseberangan dengan Jokowi, justru ikut-ikutan membantah pernyataan Sekjen PKS itu.
Padahal, untuk Pilkada Jakarta 2024 pun PKB sudah menyatakan akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur. Begitu pun Nasdem yang sudah mewacanakan akan mencalonkan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu di Pilkada 2024.
Belakangan, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto ikut-ikutan menuduh Presiden Jokowi cawe-cawe atau kepo di Pilkada 2024.
Namun, tuduhan Hasto itu justru memantik serangan balik dari elite Partai Gerindra yang meminta Hasto cawe-cawe pada perkara Harun Masiku, tersangka suap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan yang sejak awal 2020 hingga kini buron. Terkait hal ini, Hasto pernah diperiksa sebagai saksi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (10/6/2024).
Tak Bermakna
Akan tetapi, bantahan dari pihak Istana maupun elite-elite parpol koalisi pendukung Jokowi tak akan bermakna apa pun. Pasalnya, berkaca dari Pilpres 2024, Jokowi diyakini akan cawe-cawe di Pilkada 2024. Bahkan menurut Hasto Kristiyanto, bagi Jokowi Pilkada 2024 nanti hanya akan menjadi duplikasi dari Pilpres 2024.
Cermati saja apa yang dilakukan Jokowi menjelang Pilpres 2024. Semula ia menolak dituduh cawe-cawe. Namun, akhirnya wong Solo itu mengakui dirinya hendak cawe-cawe di Pilpres 2024.
Di hadapan para pemimpin redaksi media massa dan “content creator” di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/5/2023), Jokowi menyatakan, demi bangsa dan negara, dirinya akan cawe-cawe di Pilpres 2024, tentunya dalam arti positif.
Dalam cawe-cawenya itu, kata Jokowi, dirinya tidak akan melanggar aturan, undang-undang, bahkan konstitusi, serta tidak akan mengotori demokrasi.
Lantas, seperti apa faktanya? Semua diterabas. Diyakini akibat cawe-cawe Jokowi, Mahkamah Konstitusi (MK) pada 16 Oktober 2023 membacakan Putusan No 90/PUU-XXI/2023 yang mengubah ketentuan Pasal 169 huruf q Undang-Undang (UU) No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, sehingga seseorang yang belum berusia 40 tahun pun bisa maju sebagai calon presiden/wakil presiden di Pilpres 2024 asalkan pernah atau sedang menjabat kepala daerah.
Putusan yang diketok palu Ketua MK Anwar Usman yang tak lain adalah adik ipar Jokowi ini diyakini untuk meloloskan Gibran Rakabumin Raka, putra sulung Jokowi yang juga keponakan Anwar Usman, yang masih berusia 36 tahun namun sedang menjabat Walikota Surakarta, Jawa Tengah, maju sebagai cawapres di Pilpres 2024 mendampingi capres Prabowo Subianto.
Kini, menjelang Pilkada 2024, Jokowi pun diyakini sudah melakukan cawe-cawe. Kali ini ke Mahkamah Agung (MA), sehingga lembaga peradilan tertinggi itu pada 29 Mei 2024 menerbitkan Putusan No 23P/HUM/2024.
Dalam Putusan No 23P/2024, MA menyatakan Pasal 4 ayat (1) huruf d Peraturan KPU (PKPU) No 9 Tahun 2020 bertentangan dengan Pasal 7 ayat (2) huruf e UU No 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati atau Walikota.
MA pun memerintahkan KPU untuk menghapus Pasal 4 huruf d yang berbunyi: “Berusia paling rendah 30 tahun untuk calon gubernur dan wakil gubernur, serta 25 tahun untuk calon bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota terhitung sejak penetapan pasangan calon.”
MA kemudian mengubah syarat tersebut dengan menambahkan “terhitung sejak pelantikan pasangan calon terpilih.”
Banyak pihak mencurigai putusan MA ini untuk meloloskan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, yang baru akan berusia 30 tahun pada 25 Desember 2024, menjadi cagub/cawagub di Pilkada Jakarta 2024.
Presiden Jokowi akan lengser keprabon pada 20 Oktober 2024. Pilkada 2024 akan digelar serentak pada 27 November mendatang. Pertanyaannya, masih bertajikah Jokowi di Pilkada 2024 ketika sudah tidak lagi menjabat Presiden?
Awal Juni 2024, Litbang Kompas merilis hasil survei yang menyebut 54,3 persen responden mempertimbangkan pilihan Jokowi di Pilkada 2024. Artinya, pengaruh Jokowi di Pilkada 2024 masih cukup kuat.
Namun, dengan gagah berani Ketua Tim Pemenangan Pilkada 2024 PDIP Adian Napitupulu mengaku tidak takut dengan cawe-cawe Jokowi.
PDIP, kata Adian, berdasarkan pengalamannya di Pilpres 2024 akan siap menghadapi cawe-cawe Jokowi, apa pun risikonya.
Pilkada 2024 pun diprediksi akan menjadi ajang pertarungan Jokowi dengan PDIP. Ini merupakan buntut dari pertarungan Jokowi versus PDIP di Pilpres 2024.
Alhasil, apa yang disampaikan Hasto Kristiyanto bahwa Pilkada 2024 akan menjadi duplikasi Pilpres 2024 makin menemukan relevansinya. Itulah!