PEMERINTAH Hindia Belanda pada tahun 1920 berencana memindahkan ibu kota dari Batavia ke Bandung. Usulan sebaiknya ibu kota dipindahkan dating dari ahli kesehatan lingkungan, H.F. Tillema, dan diperkuat Rektor Bandoengsche Tehnische Hoogeschool (kini ITB), Prof. J. Klopper.
Untuk merealisasikan kepindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung tersebut, Gubernur Jendral Hindia Belanda membentuk tim perencanaan yang dipimpin Kolonel V.L. Slors. Anggotanya para pakar dan insinyur dari pekerjaan umum.
Dikutip dari buku Balai Agung di Kota Bandung karangan Haryoto Kunto (Granesia, 1996) tugas tim perencaan tersebut:
- Memindahkan semua departemen dan instansi pemerintah pusat dari Batavia ke Bandung
- Memilih lokasi yang tepat di Kota Bandung untuk dijadikan kompleks bangunan Gouvernements Bedrrejven (GB) atau instansi pemerintah pusat.
- Melengkapi kompleks instansi pemerintah pusat di Kota Bandung dengan kurang lebih 1500 rumah bagi karyawan pemerintah yang pindah dari Batavia ke Bandung.
- Mengadakan koordinasi dan Kerjasama antara seluruh instansi dan jawatan pemerintah yang terkaiot guna melancarkan dan mensukseskan rencana.
Gemeente (Pemerintah Kotapraja) Bandung juga turut berperan serta dalam pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung ini. Gemeente Bandung menyediakan anggaran sebanyak 5 juta gulden dan menyediakan lahan seluas 27.000 meter persegi.
Lahan tersebut terletak di Kawasan utara Kota Bandung. “Suatu bidang lahan empat persegi panjang dari selatan ke utara dimulai dari Gedong Sate dengan sumbu lurus ke tengah-tengah Gunung Tangkubanparahu, kira-kira sampai Kawasan sekitar Jl. Tubagus Ismail sekarang,” tulis Haryoto Kunto dalam Balai Agung di Kota Bandung.
Nantinya, menurut mendiang Haryoto Kunto, Istana Gubernur Jendral Hindia Belanda (Paleis van Gouverneur General) akan didirikan di lahan sebelah utara lagi yang lebih atas, menghadap ke arah Gedong Sate dan perkantoran pemerintah pusat.
Kata mendiang Haryoto Kunto, Istana Gubernur Jendral Hindia Belanda kalau dipandang dari arah Gedong Sate persis di tengah-tengah pemandangan Gunung Tangkubanparahu.
Dengan kata lain latar bangunan rumah dinas Gubernur Jendral Hindia Belanda adalah birunya pemandangan Gunung Tangkubanparahu.
“Kalau Sang Gubernur Jendral bangun pagi-pagi dan membuka hordeng ruang depan maka akan tampak dengan jelas perkantoran pemerintah pusat,” kata mendiang Haryoto Kunto.
Dengan masih mengenakan piyama, Sang Gubernur Jendral, sambil duduk di terlas depan istana dan menyeruput kopi atau teh panas bisa memandang komplek perkantoran.
Masih dalam buku Balai Agung di Kota Bandung, pemilihan lokasi komplek perkantoran pemerintah pusat tersebut berdasarkan pertimbangan berikut ini:
- Keadaan topografi lahan yang dianggap bisa memberikan suatu citra letak yang anggun dan berwibawa
- Wilayah tersebut terletak di Bandung bagian utara yang sebelumnya telah ditata secara terencana
- Wilayah itu juga belum berkembang secara intensif sehingga kawasan sekitarnya masih luas terbuka
- Lingkungannya memilili panorama yang indah ke arah Gunung Tangkubanparahu dan ke berbagai arah sekeliling Kota Bandung yang dilungkung pegunungan.
Kecuali menyediakan lahan seluas 27 ribu meter persegi, Gemeente Bandung juga menyediakan lahan 0,5 hektar di sekitar Jubileum Park, yang sekarang dipakai bangunan Badan Tenaga Atom Jalan Tamansari Bandung.
Lahan itu diperuntukan untuk rumah peristirahatan Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Ada 13 instansi utama pemerintah pusat yang akan dibangun: Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan Umum; Kantor Pusat PTT, Departemen Kehakiman, Departemen Pendidikan dan Pengajaran; Departemen Keuangan.
Kemudian, Departemen Perekonomina, Kantor Mahkamah Agung, Gedung Dewan Rakyat; Pusat Pemerintahan; Sekretaris Umum; Balai Negara, dan; Pusat Laboratorium Geoglogi.
Dalam rancangan Hindia Belanda, tulis Haryoto Kunto, kompleks perkantoran instansi pemerintah pusat dibangun berhadapan. Letak perkantoran tersebut sekarang di samping kiri akan lapangan Gasibu.
Di antara perkantoran yang saling berhadap-hadapan itu dibuat taman yang memanjang bersumbu pada rumah dinas Gubernur Jendral Hindia Belanda dan ke puncak Gunung Tangkuban Parahu.
Selain itu juga dilengkapi beberapa kolam, baik kolam besar maupun kolam kecil. “Lokasi kolam yang besar kira-kira sekitar lapang Gasibu sekarang,” tulis Haryoto Kunto.***
Oleh : Fusilat Jabar