Mahfud menegaskan saat ini muncul berbagai operasi mendekati rektor sejumlah perguruan tinggi agar menyuarakan narasi positif Jokowi. operasi intervensi ini untuk menekan para rektor perguruan tinggi yang belum menyatakan sikap kritis terhadap pemerintahan Jokowi
Yogyakarta – Fusilatnews – Dalam acara Tabrak Prof! di sebuan cafe daerah Seturan, Sleman, DIY, Senin malam. Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 03, Mahfud MD menerima laporan dari sejumlah rektor yang menerima intimidasi untuk membuat pernyataan bahwa Presdien Joko Widodo (Jokowi) merupakan seorang negarawan.
Tekanan itu muncul ketika para akademisi ramai-ramai mengeluarkan pernyataan sikapnya terhadap Jokowi yang dinilai melanggar etik sebagai seorang kepala negara.
Menurut Mahfud paksaan tersebut membuat pernyataan berupa petisi itu kurang sehat bagi demokrasi. karena bisa menyebabkan perpecahan di tengah masyarakat.
“Menurut saya itu kurang sehat. Membuat tandingan-tandingan itu memecah belah masyarakat, memecah belah kampus juga. Oleh sebab menurut saya, itu kebebasan akademik kebebasan mimbar akademik itu harus dihormati karena seotoriter zaman Soeharto pun kebebasan mimbar akademik itu masih relatif cukup didengarkan dan masih berwibawa,” kata mantan Menkopolhukam usai menghadiri kampanye dengan tema ‘Tabrak, Prof’ di Sleman, Yogyakarta, Senin (5/2/2024) malam.
Pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut. Laporan yang diterima Mahfud dari beberapa rektor yakni mereka diminta membuat pernyataan yang menyatakan bahwa Jokowi seorang negarawan yang baik, Jokowi berhasil mengatasi krisis dan pemilu berjalan dengan baik.
“Itu ada beberapa rektor yang disuruh. Ada yang kemudian membuat pernyataan, tapi template-nya sama. Lalu ada yang tidak mau, seperti itu. Seperti Rektor Universitas Soegiyopranoto (Unika) Semarang memberi tahu kepada kami, ‘Kami disuruh membuat seperti ini. Ini teman kami sudah membuat pernyataan seperti ini’, ada pernyataan rektor yang sama kayak template, ada yang samar-samar dan sebagainya,” pungkasnya
Mahfud menegaskan saat ini muncul berbagai operasi mendekati rektor sejumlah perguruan tinggi agar menyuarakan narasi positif Jokowi. operasi intervensi ini untuk menekan para rektor perguruan tinggi yang belum menyatakan sikap kritis terhadap pemerintahan Jokowi
“Muncul sejumlah operasi mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan pendapatnya, belum berkumpul untuk deklarasi, mereka ini diminta untuk menyatakan sikap yang berbeda. Sikap yang berbeda didatangi mereka untuk menyatakan bahwa Presiden Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid terbaik,” kata Mahfud
“Ada beberapa rektor perguruan tinggi yang kemudian membuat pernyataan seperti yang diminta oleh orang yang melakukan operasi itu,” tambahnya.
Namun, kata Mahfud, tak semua rektor yang didatangi oknum mengiyakan permintaan tersebut. Salah satunya adalah Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Ferdinandus Hindiarto. Menurut Mahfud, Ferdinand secara terang-terangan menolak membuat pernyataan mendukung pemerintahan Jokowi.
“Dia [Rektor Unika Soegijapranata] menyatakan didatangi oleh seseorang untuk membuat pernyataan mendukung bahwa pemerintahan Pak Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid nomor satu dan sebagainya,” kata Mahfud.
“Tapi tidak semua rektor menyetujui pernyataan itu. Ada yang memodifikasi, ada yang netralisasi bahwa universitasnya tidak ikut-ikut, tapi ada juga yang membacakan itu sesuai dengan pesan yang ditulis template-nya,” imbuhnya.