Fusilatnews.–Para kritikus menyebut standar ganda dan kemunafikan sebagai alasan FIFA menunda keputusan untuk menskors Israel dari federasi sepak bola atas kejahatan yang dilakukan di Gaza.
Badan sepak bola dunia itu kembali menunda keputusan atas permintaan Palestina agar Israel dilarang berpartisipasi dalam pertandingan internasional karena agresi brutalnya di Gaza. Namun, dalam konsesi kecil, FIFA telah meminta penyelidikan disipliner terkait dugaan diskriminasi yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).
FIFA berdalih bahwa mereka tidak ingin terlibat dalam situasi politik — sebuah alasan yang jelas tidak dapat diterima. Politik memengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk olahraga. Partisipasi tim nasional dan klub Israel dalam turnamen internasional mengirimkan pesan bahwa kekerasan negara dianggap normal dan diabaikan, suatu hal yang seharusnya tidak bisa diterima.
Selama pertemuan dewan di Zurich, Kamis (3/10/2024), pejabat FIFA menyatakan bahwa mereka belum mencapai keputusan terkait permintaan Palestina untuk menskors Israel dari federasi. Pengumuman ini disambut dengan frustrasi dan kemarahan di kalangan komunitas olahraga.
Dalam wawancara dengan TRT World, Abubaker Abed, seorang jurnalis olahraga muda dari Gaza, mengkritik keras sikap FIFA. “Dengan kembali menunda keputusannya, FIFA menunjukkan standar ganda dan kemunafikannya. Setelah setahun genosida yang disiarkan langsung, dengan lebih dari 305 pesepakbola terbunuh dan infrastruktur olahraga hancur, FIFA tetap tidak berani mengambil sikap tegas terhadap Israel,” ujarnya. Abed juga menyoroti bahwa FIFA hanya butuh tiga hari untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia setelah invasi ke Ukraina pada 2022, menunjukkan kontradiksi mencolok dalam penanganan dua kasus ini.
Simpati internasional yang meluas terhadap Ukraina dibandingkan dengan kebungkaman terhadap Palestina memperlihatkan ketidakadilan yang mencolok dalam tindakan FIFA.
Pada pertemuan tersebut, FIFA meminta Komite Disiplin untuk menyelidiki dugaan diskriminasi yang dilaporkan oleh PFA. Selain itu, partisipasi tim-tim Israel yang berbasis di wilayah Palestina yang diduduki juga akan menjadi subjek penyelidikan.
Presiden FIFA Gianni Infantino menegaskan bahwa dewan mengikuti saran ahli independen dalam masalah ini. Namun, keputusan yang diambil, atau lebih tepatnya ditunda, oleh FIFA terus memicu kemarahan di kalangan pendukung Palestina.
PFA menuduh Asosiasi Sepak Bola Israel berkolaborasi dengan pemerintah Israel dalam melakukan diskriminasi terhadap pemain Arab dan memasukkan klub dari pemukiman ilegal Israel di wilayah Palestina. Katarina Pijetlovic, kepala departemen hukum PFA, menuding FIFA terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan apartheid melalui sikap “netral” yang bias terhadap Israel.
Penundaan berulang ini memperkuat persepsi bahwa FIFA terus menutup mata terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Israel di wilayah Palestina. Solidaritas yang nyata dan tindakan konkret masih jauh dari terwujud dalam lingkup sepak bola internasional, meninggalkan luka mendalam di antara mereka yang terdampak.
Sumber: TRTWorld