Jakarta-Fusilatnews – Kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke kediaman Prof. Emil Salim pada 22 Januari 2025 merupakan momen yang patut diapresiasi. Pertemuan ini tidak hanya mempertemukan dua generasi pemimpin bangsa, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terhadap tokoh yang telah berjasa besar dalam meletakkan dasar pembangunan Indonesia melalui Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Emil Salim adalah figur legendaris yang berkiprah sebagai “bulldozer” pembangunan di era Orde Baru. Sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH), ia bersama para pemikir besar lainnya berhasil merumuskan konsep pembangunan yang konseptual, terukur, dan berorientasi pada kemajuan bangsa. GBHN yang menjadi panduan pembangunan nasional kala itu terbukti efektif dalam menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan di berbagai sektor.
Bagi seorang pemimpin seperti Prabowo, kunjungan ini tidak sekadar seremoni. Sebaliknya, ini menunjukkan ketertarikan dan penghormatan mendalam terhadap pengalaman serta visi yang pernah Emil Salim tawarkan kepada bangsa ini. Dalam momen tersebut, Prabowo tidak hanya datang sebagai seorang presiden, tetapi juga sebagai seorang murid yang ingin belajar dari sang guru bangsa.
Pengabdian yang Tak Lekang oleh Zaman
Salah satu pesan utama yang disampaikan oleh Emil Salim dalam pertemuan ini adalah tentang orientasi pengabdian pejabat negara. “Seorang menteri adalah pejabat negara. Orientasi pengabdiannya adalah negara,” demikian pesan Emil yang kemudian diakui oleh Prabowo sebagai nilai utama yang perlu diimani oleh setiap pejabat.
Prabowo menggarisbawahi pentingnya komitmen ini, mengingat latar belakang pejabat di Indonesia yang sangat beragam—mulai dari partai politik, akademisi, hingga aktivis LSM. Namun, begitu sumpah jabatan diikrarkan, pengabdian kepada negara harus menjadi prioritas utama. Pesan ini sangat relevan dalam konteks tantangan kepemimpinan saat ini, di mana sering kali kepentingan pribadi atau kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat dan negara.
Menghidupkan Nilai-Nilai Kebangsaan
Melalui pertemuan ini, Prabowo tampaknya berusaha menggali inspirasi dari era di mana pembangunan nasional berlandaskan pada semangat gotong-royong dan integritas. Nilai-nilai ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Emil Salim, baik sebagai ekonom, birokrat, maupun seorang intelektual yang konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat.
Di sisi lain, kunjungan ini juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menghormati tokoh-tokoh yang telah berjasa bagi bangsa. Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku tidak hormat terhadap Emil Salim—seperti yang pernah ditunjukkan dalam acara debat oleh politisi tertentu—menjadi pelajaran bahwa penghormatan kepada tokoh bangsa harus melampaui perbedaan politik.
Menata Ulang Masa Depan
Prabowo tampaknya memahami bahwa memimpin bangsa memerlukan lebih dari sekadar visi dan keberanian; ia juga memerlukan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman para pendahulu. Kunjungan ini memberikan gambaran bahwa ia ingin menata ulang masa depan bangsa dengan belajar dari prinsip-prinsip pembangunan yang telah terbukti berhasil di masa lalu.
Sebagai seorang presiden, langkah Prabowo menemui Emil Salim menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan untuk belajar. Hal ini juga menjadi sinyal positif bahwa di tengah kompleksitas politik dan pemerintahan, pemimpin bangsa tetap menghargai kebijaksanaan generasi terdahulu sebagai pedoman dalam mengarungi tantangan zaman.
Semoga pertemuan ini tidak hanya menjadi inspirasi bagi Prabowo, tetapi juga bagi kita semua untuk terus menghormati, belajar, dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur dalam membangun bangsa. Emil Salim telah menunjukkan bahwa pengabdian kepada negara adalah panggilan yang abadi, dan Prabowo, melalui kunjungannya, telah menguatkan pentingnya pesan itu.