Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI)
Jakarta – Mungkin terinspirasi oleh Butet Kartaredjasa, Gibran Rakabuming Raka melakukan monolog demi menarik perhatian publik. Sejauh ini Wakil Presiden itu sudah dua kali melakukan monolog. Padahal, monolog identik dengan Butet, seniman asal Yogyakarta yang merupakan anak kandung budayawan Bagong Kussudiardja.
Dikutip dari sebuah sumber, monolog adalah bentuk seni peran di mana hanya satu orang yang berbicara atau berdialog dengan dirinya sendiri. Dalam konteks seni teater, monolog melibatkan seorang aktor yang membawakan percakapan seorang diri atau mengungkapkan pikiran dan emosi katakter yang dimainkan.
Monolog berasal dari bahasa Yunani, “mono” yang berarti “satu”, dan “logos” yang berarti “kata” atau “ucapan”.
Jadi, secara harfiah, monolog adalah suatu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh satu orang saja. Komunikasi satu arah.
Adapun lawan dari monolog adalah dialog, komunikasi dua arah yang melibatkan dua orang atau lebih.
Selama ini monolog identik dengan Butet Kartaredjasa, seniman teater. Kakak kandung seniman musik Djaduk Ferianto ini sejak 2014 lalu menjadi pendukung militan Joko Widodo, Presiden ke-7 RI.
Saat dua kali Jokowi bertarung melawan Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019, Butet selalu ada di pihak Jokowi. Materi-materi monolognya pun banyak menyerang sosok yang di Pilpres 2024 terpilih menjadi Presiden RI bersama Gibran yang menjadi wakilnya.
Sayangnya, menjelang Pilpres 2024, Jokowi mengkhianati Butet dan jutaan rakyat Indonesia dengan merekayasa konstitusi melalui Anwar Usman, adik iparnya yang saat itu menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) sehingga Gibran, anak sulung Jokowi, bisa maju menjadi calon wakil presiden meskipun umurnya baru 36 tahun.
Butet merasa terkena tipu daya atau prank Jokowi. Sejak itu, ia selalu menyerang Jokowi. Saat ikut kampanye Ganjar Pranowo, calon presiden dari PDI Perjuangan di Yogyakarta tanggal 28 Januari 2024, misalnya, Butet membawakan pantun yang menyerang Jokowi.
Sejumlah relawan Jokowi kemudian melaporkan Butet ke Polda DI Yogyakarta pada 30 Januari 2024, karena seniman itu dinilai menyamakan Jokowi dengan binatang. Dalam pantunnya, Butet memang menyebut kata “wedhus” alias kambing.
Tapi apa boleh buat. Monolog yang kerap dibawakan Butet itu mungkin menginspirasi Gibran dalam cara menarik perhatian publik. Jadi, meski Butet kerap menyerang ayahnya, Gibran tetap saja mencoba bermonolog laiknya Butet.
Dalam tayangan video yang diunggah pada Sabtu (19/4/2025), Gibran terlihat bermonolog tentang bonus demografi dan tantangan Indonesia dalam memanfaatkan potensi generasi muda. Gibran juga menyinggung keberhasilan film Jumbo yang merupakan karya anak bangsa.
Tiga hari kemudian, Selasa (22/4/2025), Gibran mengunggah video monolog keduanya yang mengangkat topik soal kebanggaan atas keberhasilan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia U17.
Putus Asa
Entah apa yang berkecamuk dalam benak Gibran, sehingga suami Silvi Ananda itu mengadopsi monolog yang identik dengan Butet sebagai caranya berkomunikasi satu arah dengan publik.
Mungkin ia frustrasi atau bahkan putus asa, karena tidak ada celah baginya untuk tampil ke publik selain dengan blusukan atau bagi-bagi buku dan susu. Dalam blusukan dan bagi-bagi buku dan susu itu Gibran nyaris tak pernah berdialog dengan rakyat.
Apalagi dialog di kampus-kampus dengan mahasiswa dan kaum intelektual, Gibran tak pernah sekalipun. Kalau pun pernah ke kampus, itu hanya kunjungan menengok proyek atau program bantuan, bukan untuk berdialog dengan civitas akademika.
Mungkin Gibran tak mau nasibnya seperti Ma’ruf Amin saat menjabat Wapres yang hanya menjadi ban serep bagi Jokowi. Bekas Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu benar-benar tenggelam dari hiruk-pikuk pemberitaan dan nyaris tak pernah dapat panggung.
Ya, Gibran tak mau seperti Ma’ruf Amin. Apalagi ia diprediksi akan maju sebagai capres di Pilpres 2029, menantang Prabowo.
Sayangnya, monolog Gibran itu tak ada daya tariknya selain sekadar informasi. Jauh berbeda dengan monolog Butet Kartaredjasa yang kini menjadi seteru Jokowi, ayahnya.