Depok – FusilatNews – Di hadapan ratusan peserta Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah 2025, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti menyuarakan gagasan besar: membangun pendidikan berkualitas tak bisa dilakukan oleh satu orang, betapapun hebatnya.
“Kita butuh superteam, bukan superman,” ujar Mu’ti dalam penutupan acara yang digelar di Depok, Jawa Barat, Rabu, 30 April 2025.
Mu’ti menekankan bahwa pendidikan bermutu untuk seluruh anak Indonesia hanya bisa diwujudkan lewat kerja kolektif lintas sektor—melibatkan pemerintah pusat, daerah, hingga mitra pembangunan dan masyarakat sipil.
Sebagai pijakan ke depan, Mu’ti memperkenalkan konsep JK3Ship—sebuah kerangka kerja yang merangkum lima elemen strategis: Jaringan yang kuat dan bermakna, Kolaborasi lintas sektor, Partnership yang setara, Friendship yang empatik, dan Leadership yang berani mengambil risiko.
“Ini bukan sekadar jargon. JK3Ship adalah fondasi membangun ekosistem pendidikan yang hidup, terhubung, dan saling menguatkan,” katanya.
Di forum yang sama, Mu’ti menyinggung isu krusial: sistem penerimaan murid baru (SPMB) 2025. Ia menyebutnya sebagai ujian pertama untuk mengukur komitmen semua pihak terhadap prinsip keadilan dan non-diskriminasi dalam pendidikan.
“Tak boleh ada satu pun anak Indonesia yang kehilangan hak belajarnya karena sistem yang kita buat,” ujarnya tegas.
Mu’ti juga menekankan pentingnya membangun budaya pendidikan yang ramah, adaptif, akuntabel, dan harmonis. “Semangat ini jangan hanya berhenti di pusat, tapi harus merata sampai ke provinsi, kabupaten, hingga ruang kelas di pelosok,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen Suharti menyebut konsolidasi kali ini sebagai ruang bersama untuk merumuskan arah kebijakan pendidikan nasional 2025.
“Terminologi ‘konsolidasi’ dipilih karena kita tak lagi bicara tentang masa lalu, tapi tentang apa yang akan dikerjakan ke depan,” kata Suharti.
Kegiatan tiga hari itu membahas sepuluh isu strategis, mulai dari perluasan Wajib Belajar 13 Tahun, tata kelola guru, pendidikan inklusif, hingga revitalisasi bahasa daerah. Semuanya dibingkai dalam rancangan Rencana Strategis Kemendikdasmen 2025–2029.
Dengan arah baru ini, kementerian berharap pembangunan pendidikan nasional tak lagi berjalan sporadis, melainkan terstruktur, sistemik, dan kolaboratif.