TOKYO – Terumi Tanaka, pemimpin kelompok penyintas bom atom Nihon Hidankyo yang baru saja meraih Hadiah Nobel Perdamaian 2024, menekankan bahwa penghapusan senjata nuklir adalah masalah yang harus diselesaikan oleh seluruh umat manusia, bukan hanya para penyintas bom atom (hibakusha).
Setelah kemenangan besar tersebut, para pemimpin organisasi ini berkumpul dalam konferensi pers di Tokyo untuk berbagi perasaan mereka terkait penghargaan ini dan memperbarui komitmen mereka untuk terus memperjuangkan dunia yang bebas dari senjata nuklir.
“Abolisi senjata nuklir adalah isu kemanusiaan, bukan sekadar masalah bagi hibakusha,” ujar Tanaka, yang selamat dari pemboman Nagasaki pada tahun 1945. Dia juga menekankan pentingnya diskusi lebih lanjut untuk memperkuat gerakan anti-nuklir, karena semua orang berpotensi menjadi korban di masa depan.
Nihon Hidankyo, yang didirikan pada 1956, dianugerahi Nobel Perdamaian karena upayanya yang konsisten dalam mewujudkan dunia bebas senjata nuklir serta menyebarkan kesaksian langsung dari korban bom atom untuk memastikan bahwa senjata nuklir tidak pernah digunakan lagi. Ini menjadi kemenangan yang sangat bersejarah di tengah ketegangan nuklir global, khususnya setelah invasi Rusia ke Ukraina yang memicu kekhawatiran akan potensi perang nuklir.
Meski begitu, Jepang sendiri, meski menjadi satu-satunya negara yang pernah diserang bom atom, belum mengakui perjanjian larangan senjata nuklir yang diupayakan oleh International Campaign for the Abolition of Nuclear Weapons (ICAN), pemenang Nobel Perdamaian 2017. Pemerintah Jepang lebih memilih kebijakan pencegahan dengan mengandalkan perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) yang didukung negara-negara nuklir, termasuk Amerika Serikat.
Perdana Menteri baru Jepang, Shigeru Ishiba, yang sempat mengusulkan pembahasan soal berbagi senjata nuklir dengan Amerika Serikat, menyambut baik kemenangan Hidankyo. Namun, ia menyatakan kepada Tanaka bahwa ia mendukung “pendekatan pragmatis” terhadap masalah nuklir. Tanaka menegaskan bahwa konsep berbagi nuklir tersebut sama sekali tidak bisa diterima.
“Fakta bahwa pemerintah kita percaya senjata nuklir diperlukan membuat saya marah,” tegas Tanaka. Ia berencana untuk bertemu dengan Ishiba dan berusaha meyakinkan sang perdana menteri bahwa pandangannya tentang senjata nuklir adalah keliru.
Penghargaan ini memberikan harapan baru kepada para penyintas bom atom yang selama bertahun-tahun menghadapi diskriminasi, prasangka, dan berbagai masalah kesehatan akibat radiasi. Shigemitsu Tanaka, seorang ketua bersama lainnya dari Hidankyo, menyampaikan rasa syukurnya dan menganggap kemenangan ini sebagai pembuktian bahwa para pendahulu mereka telah memilih jalan yang benar.
Masako Wada, sekretaris jenderal sejak 2015, melihat penghargaan ini sebagai peluang besar untuk menyebarkan kesadaran tentang dampak bom atom dan pentingnya pekerjaan yang dilakukan oleh Hidankyo.
“Penghargaan ini adalah kesempatan bagi orang-orang untuk lebih mendekatkan hati mereka pada isu ini,” ungkapnya dengan penuh harap.