Fusilatnews – Satu kata yang kerap mengundang tafsir berlapis dalam politik adalah radical break. Namun, apa yang baru saja terjadi di negeri ini lebih tepat disebut break tanpa benar-benar radical. Ada jeda, ada perubahan, ada pergeseran kursi kekuasaan—tetapi belum menyentuh akar masalah yang sesungguhnya.
Reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden memang mengejutkan, tapi bukan radikal. Ia lebih menyerupai manuver teknis ketimbang langkah ideologis. Sejauh ini, reshuffle itu menunjukkan satu hal penting: Presiden akhirnya mau mendengar suara rakyat. Teriakan publik soal kinerja menteri tertentu, ketidakpuasan terhadap arah kebijakan, hingga desakan agar wajah pemerintahan tidak terus terjerembab dalam lumpur konflik kepentingan, tampaknya tak bisa lagi diabaikan.
Namun, pertanyaan mendasarnya: apakah mendengar sama dengan merespons secara tuntas? Di titik ini, kita harus jujur: reshuffle baru sebatas pengakuan bahwa suara rakyat ada dan menggema. Tapi untuk menjawabnya dengan serius, dibutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar bongkar pasang kursi menteri. Dibutuhkan langkah radikal.
Langkah radikal itu bukan soal mengganti orang, melainkan mengubah cara pandang. Presiden harus berani memutus mata rantai nepotisme, menyingkirkan politik dagang sapi, dan menolak kompromi dengan oligarki. Tanpa itu, reshuffle hanya kosmetik belaka—seperti menambal ban bocor dengan plester biasa. Ia mungkin menahan sejenak, tapi akan kembali jebol di tengah jalan.
Maka, next is radical step. Jika reshuffle adalah sinyal bahwa Presiden mulai mendengar, maka langkah radikal adalah bukti bahwa ia benar-benar bertindak. Publik tidak hanya menunggu wajah baru di kabinet, tetapi arah baru dalam kebijakan. Arah yang lebih berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan segelintir elite.
Sebuah break yang belum radikal bisa jadi hanyalah jeda sementara. Tetapi bila dilanjutkan dengan radical step, ia bisa menjadi momentum perbaikan bangsa. Dan sejarah akan mencatat: apakah reshuffle ini sekadar kosmetik politik, atau benar-benar titik balik menuju keberanian memihak rakyat.























