Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN menyebut beberapa wilayah akan mengalami ekuiluks. Yaitu, fenomena astronomis ketika panjang siang sama dengan panjang malam, yakni 12 jam. Peristiwa yang akan datang ini berbeda dengan ekuinoks yang terjadi ketika lintasan semu harian Matahari berimpit dengan garis khatulistiwa. Sebagaimana ekuinoks, ekuiluks akan terjadi dua kali dalam satu tahun. “Fenomena ini akan terjadi kembali tanggal 15 Oktober (Sabang) hingga 18 November (Subulussalam) mendatang. Ekuiluks hanya fenomena astronomis biasa. Tidak berdampak apapun bagi kehidupan manusia,” kata Peneliti LAPAN Andi Pangerang, melalui situs resmi LAPAN, Senin, 24 Januari 2022. Dikutip : viva.co.id
Langit akan mulai tampak terang ketika terjadi aram, beberapa menit sebelum Matahari terbit (fajar) maupun beberapa saat setelah Matahari terbenam (senja). Aram terjadi karena pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi sehingga saat Matahari terbenam maka langit tidak seketika gelap. “Lalu, sebelum Matahari terbit maka langit tidak seketika terang,” tutur Andi. Fenomena ekuiluks terjadi mulai 25 Januari hingga 26 Februari 2022.
Tiga ibu kota provinsi yang akan kebagian ekuiluks di belahan utara Indonesia adalah Tandjungselor di Kalimantan Utara (27 Januari), Medan di Sumatera Utara (10 Februari), dan Banda Aceh di Aceh (25 Februari). Sementara yang tidak kebagian fenomena ini berjumlah 13 kota/kabupaten, yaitu Padang, Pekanbaru, Tanjungpinang, Jambi, Pangkalpinang, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Palu, Gorontalo, Manado, Sofifi, dan Sorong. “Kota-kota tersebut tidak mengalami ekuiluks karena terletak di antara 2,3 derajat LU (lintang utara) hingga 2,3 derajat LS (lintang selatan). Secara matematis, lintang 2,3 derajat LU adalah lokasi terakhir mengalami ekuiluks yang terjadi saat Solstis Desember,” ungkap Peneliti LAPAN Andi Pangerang.