Ekonom senior Faisal Basri mengkritik Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang dinilainya keliru dalam menentukan prioritas pembangunan di ibu kota negara (IKN) yang baru.
Faisal Basri menilai, Jokowi tampak lebih sibuk membangun Istana Negara alih-alih permukiman untuk rakyat.
“Yang mengganggu bagi saya, yang dibangun itu yang paling penting Istana dulu,” kata Faisal Basri.
Faisal Basri membandingkan dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Saat ibu kota pindah ke Washington, pemerintah AS membangun Capitol Hill terlebih dahulu alih-alih Gedung Putih.
“Jadi, ini kerajaan atau republik, sih?” sebut Faisal Basri. “Harusnya, yang dibangun rumah rakyat dahulu. Desainnya bagus seperti di Capitol Hill,” kata Faisal Basri mengimbuhkan.
“Dan, untuk menunjukkan rakyat itu di atas Presiden, di Gedung Putih itu tidak ada yang namanya marmer. Sekadar menunjukkan bahwa rakyat lebih tinggi,” tutur Faisal Basri di acara Indonesia Lawyers Club yang tayang pada 21 Januari 2022. Dikutip Pikiran-rakyat.com
Hal lain yang dikritik Faisal Basri adalah rencana penggunaan dana PEN untuk pembangunan ibu kota baru.
Faisal Basri mengatakan, jika dana PEN digunakan untuk membangun ibu kota baru, maka sama saja dengan mengorbankan kepentingan rakyat.
“Dana PEN ini untuk rakyat, kan. Untuk UMKM. Dana PEN ini, kalau teman-teman lupa, program pemulihan ekonomi nasional. Jadi rakyat langsung dikorbankan demi ibu kota yang bersifat fisik dan (sebenarnya) bisa ditunda,” kata Faisal Basri.
Padahal, kata dia, Jokowi pernah berkata bahwa pembangunan ibu kota baru tidak akan menggunakan dana APBN.***