Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka belakangan kembali menjadi sorotan publik. Hal itu karena kenaikan harta kekayaannya yang dilaporkan berbanding terbalik dengan tingkat kemiskinan warganya.
Berdasarkan hasil Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terbaru, yakni Januari 2022, total kekayaannya tercatat lebih dari Rp25 miliar atau tepatnya Rp25.292.783.659. Jumlah tersebut meningkat sekitar Rp4 miliar jika dibandingkan setahun sebelumnya saat pertama dilantik menjadi wali kota, yaitu sebesar Rp21.152.910.130. Terkait banyaknya yang menyoroti kenaikan harta kekayaannya itu, Gibran terlihat santai.
Menurutnya, kenaikan harta kekayaannya itu karena adanya penambahan aset berupa tanah. Namun demikian, ia tak memungkiri utangnya juga bertambah karena Kredit Pemilikan Rumah (KPR). “Wis [merevisi jumlah harta], Januari kemarin tak revisi, ada tambahan beberapa aset. Dilihat saja di LHKPN,” katanya dikutip dari Solopos belum lama ini. “Tambah sithik [utangnya]. Itu kan nganu, KPR. Tiap tahun kan pasti berkurang. Tambah sithik,” tambah Gibran saat ditanya soal tambahan utang.
Ironisnya, kenaikan harta kekayaan sang wali kota tersebut berbanding terbalik dengan kesejahteraan warganya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, angka kemiskinan di Kota Bengawan meningkat akibat pandemi Covid-19.
Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto, mengatakan jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan sebelum Pandemi 2019 sebanyak 45.180 penduduk atau 8,7%. Dalam kurun waktu dua tahun ini atau pandemi, kata dia, tingkat kemiskinan di Solo meningkat menjadi 47.030 penduduk miskin atau 9,03% di 2020 dan di 2021 menjadi 48.790 penduduk miskin atau 9,4%. “Kondisi ini per Maret 2021, jadi belum sampai akhir tahun. Tapi, fakta kemiskinan itu semakin meningkat terlihat karena Pandemi dimulai Maret 2020.
Dibandingkan 2019, terjadi peningkatan yang signifikan,” jelasnya. Meski demikian, pihaknya meyakini kondisi tersebut akan berubah lebih baik pada tahun ini. Hal itu karena geliat perekonomian kembali berangsur pulih sejak akhir tahun lalu. “Bertambahnya angka kemiskinan ini tentu diperlukan kerja bersama antar elemen dan strategi jitu agar keluar dari keterpurukan dan pengentasan kemiskinan kembali berhasil,” ucapnya.