Oleh Jeff Mason, Tim Reid, Andy Sullivan, dan David Morgan
WASHINGTON, 21 Jan (Reuters) – Hanya beberapa jam setelah kembali menjabat sebagai Presiden AS, Donald Trump memberikan grasi kepada sekitar 1.500 pendukungnya yang terlibat dalam penyerangan Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021. Langkah ini diambil setelah serangkaian upacara pelantikan, diikuti dengan penandatanganan berbagai perintah eksekutif untuk membatasi imigrasi, membatalkan regulasi lingkungan, serta menghentikan inisiatif keberagaman ras dan gender.
Keputusan Trump untuk memberikan grasi tersebut menuai kontroversi, terutama di kalangan penegak hukum dan anggota parlemen yang hidupnya terancam saat penyerangan berlangsung. Insiden itu mencatatkan lebih dari 140 petugas kepolisian terluka dan empat korban jiwa, termasuk seorang pendukung Trump yang ditembak mati oleh polisi.
Trump juga memerintahkan pembebasan lebih awal untuk 14 pemimpin kelompok sayap kanan Oath Keepers dan Proud Boys yang sebelumnya dijatuhi hukuman penjara panjang, meskipun vonis mereka tetap berlaku.
Kebijakan Imigrasi dan Lingkungan
Segera setelah dilantik, Trump mengambil langkah cepat untuk memperketat kebijakan imigrasi. Program yang memungkinkan migran masuk secara legal ke AS dengan jadwal janji melalui aplikasi dihentikan. Lebih dari 1.660 warga Afghanistan yang telah disetujui untuk pindah ke AS juga dibatalkan penerbangannya, termasuk keluarga personel militer aktif.
Di bidang lingkungan, Trump kembali menarik AS dari Perjanjian Paris, langkah yang dipandang sebagai kemunduran dalam upaya global melawan perubahan iklim. Ia juga menandatangani deklarasi darurat nasional di perbatasan AS-Meksiko, memungkinkan pendanaan tambahan dan pengerahan pasukan ke wilayah tersebut.
Perubahan Kebijakan Domestik
Trump menandatangani perintah untuk mengakhiri pemberian kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, kebijakan yang diprediksi akan memicu pertempuran hukum panjang. Ia juga mencabut kebijakan era Biden terkait kecerdasan buatan, kendaraan listrik, dan keberagaman di sektor pemerintahan. Selain itu, ia membentuk “Departemen Efisiensi Pemerintah” yang dipimpin oleh Elon Musk untuk memangkas pengeluaran besar-besaran.
Langkah lainnya termasuk membekukan perekrutan pegawai federal dan memerintahkan pegawai pemerintah kembali bekerja dari kantor. Dalam langkah yang lebih kontroversial, Trump memerintahkan penghapusan program-program keberagaman federal dan menetapkan bahwa pemerintah hanya mengakui gender sesuai kelahiran.
Pelantikan dan Proklamasi Politik
Pelantikan Trump yang berlangsung di Rotunda Capitol menjadi momen bersejarah bagi presiden tertua yang pernah dilantik dan juga presiden pertama yang kembali menjabat setelah kalah dalam pemilu. Dalam pidatonya, Trump menyebut dirinya sebagai penyelamat yang dipilih Tuhan untuk memulihkan AS.
“Kita memiliki pemerintah yang membiayai perlindungan perbatasan negara lain tetapi gagal melindungi rakyatnya sendiri,” ujarnya, menyoroti kritik terhadap kebijakan pendahulunya, Joe Biden.
Acara pelantikan dihadiri sejumlah tokoh, termasuk mantan Presiden Barack Obama, George W. Bush, dan Bill Clinton. Namun, beberapa tokoh seperti Michelle Obama memilih untuk tidak hadir.
Dukungan Teknologi dan Ambisi Luar Angkasa
Para miliarder teknologi, termasuk Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg, terlihat mendukung Trump dengan duduk di panggung utama. Trump juga mengumumkan ambisi untuk mengirim astronot ke Mars, langkah yang disambut antusias oleh Musk.
Trump kembali menunjukkan gaya kepemimpinannya yang kontroversial dengan janji-janji seperti mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dan merebut kembali kendali atas Terusan Panama, yang memicu kekhawatiran dari sekutu internasional.
Keputusan-keputusan awal Trump dalam masa jabatan keduanya diperkirakan akan memperpanjang polarisasi politik di AS, memperdalam perpecahan antara pendukung dan penentangnya.