Oleh: Karyudi Sutajah Putra, Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI).

Jakarta – Golkar, partai berlambang pohon beringin, itu tumbang sudah. Kini PDI Perjuangan, partai berlambang kepala banteng dalam lingkaran, pun merasa terancam. Kok bisa?
Beringin, menurut M Qodari, telah “digergaji” oleh si tukang kayu. Sebesar dan sekuat apa pun Beringin, ketika sudah berhadapan dengan tukang kayu yang punya perkakas, maka hanya akan jadi perabot rumah tangga.
Diketahui, Airlangga Hartarto mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, Sabtu (10/8/2024). Posisinya kemudian digantikan oleh Agus Gumiwang Kartasasmita selaku pelaksana tugas.
Agus, Menteri Perindustrian itu menegaskan dirinya tidak akan masuk bursa calon ketua umum dalam Musyawarah Nasional Golkar yang akan digelar di Jakarta, 20 Agustus mendatang.
Calon ketua umum pun mengurucut ke Bahlil Lahadalia. Menurut Ketua Dewan Pembina Badan Pemenangan Pemilu Golkar Idrus Marham, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu telah mendapat dukungan dari setidaknya 34 dari 38 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I di seluruh Indonesia.
Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Penasihat Golkar yang juga Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, yang berarti atasan langsung Bahlil di kabinet, ikut-ikutan mendukung sosok asal Papua itu. Padahal sebelumya, Luhut paling keras menolak intervensi eksternal terhadap Golkar.
Kini ketika Golkar benar-benar diintervensi pihak luar, tercermin dari mundurnya Airlangga secara mendadak, Luhut ternyata tak berdaya. Beringin benar-benar tumbang. Diambil alih orang.
“Blessing in Disguise”
Tumbangnya Beringin ternyata membunyikan alarm tanda bahaya bagi PDIP. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Rabu (14/8/2024), mengklaim ada orang lain yang hendak mengambil alih partainya. Siapa dia?
Menurut Hasto Kristiyanto, sosok yang hendak mengambil alih partainya adalah orang yang sedang mengonsolidasikan kekuasaan, yang telah membuat partainya dalam kondisi “habis manis sepah dibuang”.
Apakah yang dimaksud Hasto sama dengan yang dimaksud Qodari telah “menggergaji” Beringin, yakni si tukang kayu? Kita tidak tahu.
Yang jelas, tumbangnya Beringin menjadi semacam “blessing in disguise” (berkah di balik musibah) bagi PDIP dan Megawati. Kok bisa?
Pertama, tumbangnya Golkar telah membuat PDIP pasang kuda-kuda, siap melawan. PDIP pun makin solid.
Kedua, Megawati yang sudah berumur 77 tahun pun akhirnya mau menjadi ketua umum kembali setelah ada ancaman pengambilalihan itu, tidak jadi pensiun. Megawati merupakan sosok pemersatu PDIP dari friksi-friksi faksi-faksi.
Ketiga, alasan Megawati untuk kembali memimpin PDIP bertambah kuat pasca-munculnya ancaman pengambilalihan, setelah sebelumnya ada semacan penentangan diam-diam di kalangan internal karena putri Proklamator RI Bung Karno itu sudah sepuh dan sudah cukup lama memimpin PDIP, bahkan Presiden ke-RI itu mencetak rekor sebagai pemimpin partai tertua dan terlama di Indonesia.
Apakah PDIP akan benar-benar bisa bertahan, dan melawan, menghadapi ancaman pengambilalihan partainya oleh pihak luar seperti Golkar?
Kita tunggu saja tanggal mainnya.