OLEH: ENTANG SASTRAATMADJA
Beberapa waktu lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) ditargetkan mencapai 4 juta ton pada bulan depan. Bung Amran menyebut, capaian ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Artinya, selama hampir 80 tahun Indonesia berdiri, CBP belum pernah menembus angka 4 juta ton.
Cadangan beras pemerintah sebesar 4 juta ton berarti pemerintah memiliki stok beras dalam jumlah besar yang disimpan untuk menghadapi situasi darurat atau kebutuhan mendesak, seperti kelangkaan pasokan di pasar, antisipasi bencana alam, serta stabilisasi harga beras. CBP bertujuan utama untuk menjaga ketersediaan pangan nasional dan melindungi stabilitas harga demi kesejahteraan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan stok beras bisa mencapai angka fantastis ini. Pertama, produksi beras dalam negeri yang melimpah. Kedua, impor beras untuk memperkuat cadangan. Ketiga, pengadaan beras langsung dari petani oleh pemerintah, yang memperbesar volume cadangan nasional.
Namun, mengelola cadangan sebesar 4 juta ton bukan perkara mudah. Jika benar tercapai, ini bukan hanya prestasi nasional, tetapi juga tantangan terbesar yang pernah dihadapi Perum Bulog dalam sejarah pengelolaan stok beras.
Salah satu kekhawatiran muncul dari pengalaman masa lalu, di mana pernah ditemukan beras berkutu di gudang-gudang Bulog. Ini menunjukkan bahwa masalah penyimpanan, terutama terhadap beras impor, masih menjadi pekerjaan rumah serius. Apalagi jika gabah yang diserap berasal dari kualitas apa adanya (‘any quality’), risikonya tentu lebih besar.
Kisah sukses serapan gabah saat ini menimbulkan masalah baru: keterbatasan gudang penyimpanan. Dengan gudang eksisting yang terbatas, Perum Bulog harus mencari solusi cepat, seperti memanfaatkan gudang filial milik pihak ketiga. Hal ini tentunya membutuhkan tambahan tenaga teknis di lapangan untuk memastikan standar penyimpanan tetap terjaga.
Kebutuhan gudang tambahan sebenarnya sudah diantisipasi sejak sebelum musim panen raya. Berdasarkan proyeksi produksi dari Badan Pusat Statistik (BPS), diprediksi bahwa serapan gabah oleh Bulog akan membludak. Karena itu, berbagai langkah antisipatif, termasuk kerja sama dengan pemilik potensi gudang swasta, sudah dilakukan.
Prediksi itu kini terbukti. Dengan modal stok awal sekitar 2 juta ton hasil impor, ditambah serapan 2 juta ton dari panen raya, maka target stok 4 juta ton menjadi realistis. Ini yang membuat Menteri Pertanian optimistis dengan capaian tersebut.
Namun pertanyaan berikutnya lebih krusial: apakah sukses serapan ini akan diikuti oleh sukses dalam penyimpanan?
Inilah tantangan besar yang harus dijawab Bulog ke depan. Formula sukses penyerapan harus berbanding lurus dengan sukses penyimpanan.
Pengalaman mengajarkan bahwa pengelolaan gudang yang bersih, kering, bebas hama, dengan pengendalian suhu dan kelembaban yang ketat, sangat menentukan kualitas stok beras. Selain itu, sistem inventarisasi yang baik, serta pengamanan fisik untuk mencegah pencurian dan kerusakan, mutlak diperlukan.
Demikian beberapa catatan kritis terkait keberhasilan penyerapan gabah hingga mencapai cadangan beras 4 juta ton. Semoga berbagai hal yang disampaikan ini menjadi bahan renungan bersama, seiring dengan tekad kita bersama menuju swasembada pangan yang sejati.
(Penulis, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat)