Jakarta – Penelitian gabungan dari Badan Ilmu Pengetahuan Australia (CSIRO) dan Akademi Ilmu Pengetahuan Cina mengungkapkan ancaman serius dari gelombang panas di laut dalam yang selama ini kurang dilaporkan dan diperhatikan. Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal sains Nature, yang menyoroti bahwa sekitar 80 persen gelombang panas di laut dalam, khususnya di bawah 100 meter dari permukaan laut, tidak bergantung pada peristiwa di permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena pemanasan maritim jauh lebih kompleks dan mengkhawatirkan daripada yang selama ini dipahami.
Penelitian ini menggunakan data observasi dari lebih dari dua juta profil suhu laut di seluruh dunia, yang menunjukkan bahwa gelombang panas maritim bukan hanya peristiwa suhu permukaan yang ekstrim, tetapi juga terjadi di lapisan laut dalam, yang memberikan dampak besar pada ekosistem laut. Gelombang panas maritim ini memiliki potensi merusak habitat biota laut, termasuk terumbu karang, serta memicu perpindahan spesies.
Menurut penelitian, peristiwa gelombang panas bawah laut ini akan semakin sering terjadi seiring dengan meningkatnya pemanasan global. “Peristiwa suhu ekstrem ini memiliki dampak merusak secara ekologis maupun sosial-ekonomi,” demikian pernyataan yang dikutip dari hasil penelitian tersebut.
Dampak Ekologis dan Sosial-Ekonomi
Gelombang panas di laut dalam menjadi ancaman bagi ekosistem karena sebagian besar produsen dan konsumen utama laut berada di wilayah tersebut. Pengaruh gelombang panas ini tidak hanya menyebabkan kerusakan habitat yang kritis, tetapi juga memengaruhi rantai makanan laut yang menopang kehidupan di bawah laut. Hal ini berdampak langsung pada kelangsungan spesies laut yang menjadi penopang ekosistem dan pada akhirnya juga berdampak pada sektor perikanan dan ekonomi yang bergantung pada sumber daya laut.
Peran Arus Laut dan Pusaran Air
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti peran arus laut, khususnya pusaran air, yang berkontribusi signifikan terhadap kejadian gelombang panas di laut dalam. Pusaran laut ini diketahui memengaruhi pengasaman air, kadar oksigen, serta konsentrasi nutrisi di perairan laut, yang semuanya berdampak pada kesehatan ekosistem laut. Oleh karena itu, memahami arus laut dan peran pusaran air ini menjadi sangat penting dalam memprediksi kejadian gelombang panas di laut dalam di masa mendatang.
Penelitian ini memberikan peringatan keras bahwa gelombang panas di bawah permukaan laut, yang sering terabaikan dalam studi sebelumnya, bisa memiliki dampak yang lebih luas terhadap ekosistem laut global. Dalam konteks perubahan iklim, peristiwa suhu ekstrem ini perlu mendapat perhatian lebih besar karena ancaman yang ditimbulkannya tidak hanya terbatas pada ekosistem laut tetapi juga pada ekonomi yang bergantung pada keberlanjutan sumber daya maritim.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran global tentang perlunya tindakan lebih serius dalam menanggulangi dampak perubahan iklim di laut dalam dan mendorong studi lebih lanjut mengenai fenomena ini agar dapat dipahami dan diprediksi dengan lebih akurat di masa depan.
Sumber: Jurnal sains Nature