Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Pungky Sumadi mengakui saat ini tukang las rel kereta api proyek kereta cepat Jakarta-Bandung masih harus didatangkan dari China. “Agak membingungkan saat kami melihat tukang las untuk rel kereta cepat masih harus dari China kita datangkan,” imbuhnya pada rapat Panitia Kerja (Panja) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (8/2). Dikutip CNNIndonesia.com
Pekerja proyek KCIC tersebut ia jadikan sebagai contoh bahwa hari ini untuk pekerjaan teknis di RI masih membutuhkan tenaga kerja asing (TKA).
Meski tergolong keahlian (skill) rendah, namun ia menyebut las rel kereta harus didatangkan dari China langsung karena pekerjaan yang dihasilkan berkualitas tinggi.
“Setelah diskusi ternyata rel yang ada berkualitas sangat tinggi, tingkat kepadatan besinya belum mampu diproduksi Kraktau Steel, panjang 1 batang 1 meter yang kita belum miliki. Ini yang kami dapatkan sebagai contoh kenapa kita masih butuh TKA yang bersifat teknis,” terang dia.
Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa jika melihat data pekerja asing berbagai negara tetangga, Indonesia merupakan salah satu negara dengan rasio terendah.
Bappenas mencatat rasio TKA berbanding tenaga kerja dalam negeri sebesar 1: 2.880, yang artinya ada 1 TKA di setiap 2.880 pekerja RI. Namun, data tersebut adalah yang tercatat secara formal, tidak menghitung tenaga kerja asing ilegal.
Angka tersebut, lanjut Pungky, jauh lebih rendah jika dibandingkan jiran Malaysia yang memiliki rasio 1:12 atau Thailand 1:17. Lalu, Australia 1:4, Hong Kong 1:3, dan Singapura 1:2.
“Rasio TKA terhadap total populasi di Indonesia masih rendah dibandingkan beberapa negara lainnya,” pungkasnya.